IAS dan Politisi Golkar Pernah Bertemu di Makassar

  • Bagikan

MAKASSAR, BKM–Bakal calon gubernur Sulsel Ilham Arief Sirajuddin (IAS) pernah bertemu dengan politisi Partai Golkar Muhidin M Said di Grand Claro Hotel Makassar.
Dalam sebuah foto, terlihat Muhidin M Said yang tercatat sebagai Ketua Bidang Pemenangan Pemilu (Bappilu) Sulawesi DPP Partai Golkar sempat ngobrol ditemani Ketua Bidang Perindustrian dan Perdagangan DPP Golkar, Andi Rukman Nurdin Karumpa.

Informasi yang dikumpulkan koran ini, pertemuan tersebut salah satu membicarakan niat IAS yang kembali akan maju di pilgub Sulsel.
Hal beda disampaikan Muhiddin M Said yang menjelaskan bila pertemuan tersebut silaturahmi biasa sesama kawan lama. “Bukan politik. Saya dan IAS sudah berteman lama. Nostalgia tepatnya,” kata Muhiddin, Rabu (20/4).
Salah satu obrolan spesial dalam pertemuan itu adalah kisah-kisah ketika Laporan Pertanggungjawaban (LPj) BJ Habibie sebagai presiden Indonesia ditolak dalam Sidang MPR, 1999.
Muhiddin berstatus anggota MPR RI ketika itu, sementara IAS sedang masa persiapan ketika dia terpilih sebagai anggota DPRD Sulsel di tahun yang sama. IAS ketika itu menjabat Ketua AMPI Sulsel dan ketua Biro Pemuda dan Olahraga DPD I Golkar Sulsel.
Muhiddin berkisah, dirinya dan IAS bagian dari saksi hidup setelah penolakan LPj yang menjadi alasan BJ Habibie enggan mencalonkan diri lagi sebagai presiden.

Ketika itu, hampir seluruh tokoh Sulsel yang ada di Jakarta sepakat untuk menyampaikan aspirasi kepada BJ Habibie untuk maju kembali. Mengingat prestasinya selama memimpin tidak sedikit. Seperti menstabilkan nilai rupiah dan menguatkan pondasi ekonomi.
Sayang upaya ini tidak berbuah.
Alasan utamanya hanya satu. Pria kelahiran Parepare itu menganggap anggota MPR RI adalah perwakilan suara seluruh bangsa Indonesia. Jika ditolak oleh mayoritas anggota MPR, sama dengan penolakan oleh mayoritas bangsa Indonesia.
“Itu adalah sikap agung seorang pemimpin. Dalih bujukan bahwa lembaga itu (MPR-red) dipenuhi dengan kepentingan politik dan belum tentu menjadi suara hati mayoritas warga Indonesia tidak menggoyahkan tekadnya untuk tahu diri. Sejujurnya, ada hakikat siri’ na pacce yang dipegang Habibie ketika itu. Perlu diteladani oleh pemimpin-pemimpin di daerah,” kenang Muhiddin. (rif)

  • Bagikan