Buku Aldera Membaca Ruang Waktu Orde Baru

  • Bagikan

MAKASSAR, BKM.FAJAR.CO.ID-- Membaca buku Aldera serasa memasuki ruang waktu gejolak aktivisme kaum muda di era Orde Baru. Mengingat momentum tersebut Yayasan Anak Rakyat Indonesia (YARI) dan Ikatan Alumni (IKA) Universitas Hasanuddin (Unhas) menggelar bedah buku yang berjudul Aldera, Potret Gerakan Politik Kaum Muda 1993-1998, di Hotel Claro, Jumat (11/11).

Menurut Ketua DPRD Makassar, Rudianto Lallo mengatakan bentuk kemerdekaan yang dirasakan saat ini tidaklah terlepas dari para pejuang aktivis 98. Mengangkat kisah sejarah gerakan politik kaum muda periode tahun tersebut yang kala itu berada dalam posisi sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjend) Aliansi Demokrasi Rakyat (Aldera), Pius Lustrilanang.

"Saya bisa katakan jika kemerdekaan ini dan apa yang menjadi bagian dari pergerakan reformasi. Tidaklah terlepas dari perjuangan tokoh-tokoh aktivis 98 yang salah satunya dipelopori Pius. Apa yang telah diperjuangkan oleh Bang Pius senior kita yang menjadi aktivis 98 Makassar," ungkapnya.

Selain itu, dirinya juga kembali menganggakt kisah aktivis untuk memperkenalkan di kaum muda agar tertarik dengan buku Aldera karena mengetahui sejarah reformasi di Indonesia. Untuk itu, dirinya menginisiasi dan mendatangi langsung Pius Lustrilanang untuk mencatat perjalanan di masa orde baru.

"Saya memang meminta bang Pius untuk datang ke Makassar dan saya bersedia menjadi pelaksana kegiatan buku Aldera ini. Kenapa karena dengan kita membaca dan memperkenalkan buku ini, ke masyarakat khususnya kalangan muda, bisa memperkuat masa Reformasi kita," jelasnya.

Bedah buku ini juga menghadirkan penulisnya Teddy Wibisana, Nanang Pujalaksana, dan Rahadi T Wiratama, dibedah oleh Wakil Rektor I Universitas Negeri Makassar (UNM) Prof. Hasnawi Haris, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Prof Hamdan Juhannis, Wakil Rektor III Universitas Hasanuddin Prof Amran Razak, dan aktivis 1998 di Makassar, Akbar Endra.

Sedangkan Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof Hamdan Juhannis mengaku ketertarikan terhadap buku tersebut sangatlah banyak yang perlu dipetik dalam era reformasi di buku Aldera. "Tapi sayang dalam buku Aldera ini tidaklah menceritakan bagaimana asmara dan orangtua seorang bang Pius di saat memperjuangkan reformasi," ujarnya.

  • Bagikan