Daerah yang berani menjadikan pendidikan dan kesehatan sebagai hak dasar, dan bukan sebagai barang mewah, akan lebih cepat menciptakan peradaban lokal yang maju dan berdaya saing (Todaro & Smith, 2011).
Dengan demikian, pendidikan dan kesehatan gratis adalah jembatan emas menuju masa depan daerah yang lebih adil, lebih kuat, dan lebih bermartabat. Tentu saja kita butuh saat ini dan masa mendatang, petani kita, nelayan, tukang kebun memiliki kemampuan mengoperasionalisasi teknologi dan anak muda yang memiliki kecerdasan melakukan inovasi.
Jika keduanya ditegakkan dengan kesungguhan melalui program pendidikan dan kesehatan untuk semua, sesungguhnya ibas-puspa membangun harapan, membangun masa depan dan membangun peradaban.
IBAS-Puspa Cinta lansia (Menumbuhkan Konsumsi Lokal: Sebuah Gerakan Ekonomi yang Mengalir Lembut)
Melalui tulisan ini, perlu diluruskan kesalah-pahaman terhadap program lansia sebagai stimulus ekonomi yang dianggap sebagai “mesin produksi”. Dalam berbagai literatur/refrensi dijelaskan bahwa stimulus ekonomi dan mesin produksi adalah dua hal yang berbeda, Secara defenisi, stimulus itu adalah dorongan dari kebijakan untuk menggerakkan ekonomi.
Sementara mesin produksi adalah alat mekanis yang digunakan untuk mempercepat, mempermudah, dan mengotomatisasi proses produksi barang atau jasa, sehingga membuat proses produksi barang menjadi lebih cepat dan efisien.
Beberapa sumber refrensi saya tuliskan disini agar menjadi sumber pembelajaran kita Bersama. Apa itu stimulus ekonomi bagi lansia (kartu Lansia), Holliday, I. (2013). “The Political Economy of Social Welfare in Europe.” membahas bagaimana kebijakan kesejahteraan sosial, termasuk subsidi lansia, dapat mempengaruhi ekonomi melalui peningkatan konsumsi domestik dan pengurangan kemiskinan.
Holliday menjelaskan bahwa subsidi lansia dapat menjadi stimulus ekonomi yang berperan dalam menjaga daya beli masyarakat dan mendukung permintaan barang dan jasa. Secara terpisah, Lee, R. D., & Mason, A. (2011). “Population Ageing and the Generational Economy: A Global Perspective.”Edward Elgar Publishing. Jurnal ini mengkaji bagaimana pendapatan lansia dapat mendukung kesejahteraan ekonomi dengan memperkuat permintaan barang dan jasa.
Subsidi untuk lansia bukan hanya bentuk penghormatan kepada generasi yang lebih tua, tetapi juga instrumen penting untuk memperkuat permintaan pasar lokal dan UMKM, mendukung generasi produktif, menjaga stabilitas sosial, dan mendorong pertumbuhan ekonomi baru. Subsidi hadir sebagai sebuah kebijakan yang penuh makna, bagaikan tali yang mengikat mereka kembali dengan masyarakat dan ekonomi.
Mereka bisa kembali turun ke pasar, membeli kebutuhan yang mereka butuhkan, memperkuat ekonomi rumah tangga mereka sendiri. Ini adalah gerakan konsumsi lokal yang didesain melalui kebijakan penganggaran pemerintah daerah. Setiap belanja yang mereka lakukan, meski sederhana, adalah aliran kecil yang menyumbang kepada roda ekonomi lokal.
Penjelasan ini mungkin lebih teknis, tetapi penting untuk kita lihat dampak dari kebijakan ini. Penulis sendiri menghitung multiflier effect (MPC) dari konsumsi lansia ini. Pengaruh Pengganda (Multiplier Effect) terhadap pengeluaran yang dilakukan oleh lansia akan menyebabkan produsen menerima pendapatan, dan sebagian pendapatan tersebut akan kembali digunakan untuk konsumsi lebih lanjut.
Jika setiap lansia menerima Rp1.000.000 dan menghabiskan 80 persen dari jumlah tersebut. Dengan MPC = 0,8 maka multiplier-nya adalah 5. Jika asumsinya di awal pemerintah kabupaten memberi subsidi sebanyak 5000 lansia, maka total dampak ekonomi yang dihasilkan dalam perekonomian adalah sebesar Rp 20.000.000.000.
Jika dari subsidi Rp1.000.000, lansia membelanjakan 80% atau Rp800.000, maka itu berarti uang itu segera berputar di pasar-membeli beras, obat, membayar layanan kesehatan, atau sekadar belanja di warung tetangga. Dan karena uang itu terus berpindah tangan dari pedagang ke petani, dari petani ke toko, dari toko ke transportasi, efek pengganda (multiplier effect) terjadi.
Menurut konsep Keynesian, peningkatan konsumsi melalui subsidi lansia meningkatkan agregat permintaan domestik, yang pada akhirnya mendorong pertumbuhan PDB melalui efek multiplier, terutama di sektor barang kebutuhan pokok dan jasa lokal.Dengan desain kebijakan yang tepat, subsidi lansia dapat menjadi pilar penting dalam menciptakan pembangunan daerah yang inklusif, adil, dan berkelanjutan.
Ingatlah, karena suatu hari, di ujung waktu kita sendiri, kita pun akan berjalan dijalan yang sama. Dan semoga, generasi setelah kita akan menjaga kita sebagaimana kita menjaga mereka hari ini.
Bersambung.(*)