Selain permasalahan hama dan penyakit, di beberapa kebun kakao yang dikunjungi kerap ditemukan limbah kulit kakao yang berserakan setelah panen. Tentu bila dibiarkan begitu saja limbah ini akan mempengaruhi kondisi kebersihan kebun.
"Makanya kami punya ide program yang kedua dengan memanfaatkan limbah, untuk membuat pakan ternak (Silase). Pada proses pembuatannya limbah kulit kakao ini akan dikombinasikan dengan dedak padi, rumput gajah, dan air sehingga menjadi pakan yang utuh. Kami juga lakukan pembuatan insektisida dari puntung rokok untuk mengusir serangga," ujarnya.
Tiga gagasan yang menjadi terjemahan atas permasalahan para petani kakao di daerah tanah loe tadi, yaitu pembuatan pestisida nabati, silase kulit kakao, dan insektisida dari puntung rokok kemudian terangkum dalam suatu program kerja unggulan dengan tajuk 'Kelas Tani'.
"Kami ingin para petani dapat mengetahui teknik budidaya kakao yang baik dan benar dengan menghadirkan salah satu petani unggulan yakni pak haerun itu sendiri juga dan mengundang perwakilan dari Balai Penyuluhan Pertanian Peternakan dan Kehutanan (BP3K)," tutupnya.(rls)