Kisah Ulama Memberi Makan Kucing Kelaparan

  • Bagikan

SEDEKAH pengubah nasib seseorang. Ini tema yang dibahas Ustaz Juliadi Solong, pengurus Pimpinan Pusat Ikatan Dai Muda Indonesia (PP IDMI). Sebuah kisah tentang ulama memberi makan kucing kelaparan disampaikannya ketika menjadi narasumber dalam siniar (podcast) untuk kanal Youtube Berita Kota Makassar.
Ustaz yang juga seorang akademisi ini menyebut, ada dua terminologi dalam agama Islami bila berhubungan dengan memberi kepada orang lain, yaitu sedekah dan izhar. Sedekah pada umumnya dipahami ketika berbagi kepada saudara yang membutuhkan. Sementara izhar menjelaskan tentang sebuah perbuatan yang mendahulukan orang lain di atas diri sendiri.
”Misalnya, kita hanya memiliki uang Rp20 ribu. Ada saudara kita yang sedang membutuhkan Rp20 ribu. Total uang itu kita beri ke saudara kita. Ini namanya izhar. Tindakan yang mendahulukan orang lain,” terang Ustaz Juliadi.
Ustaz yang alumni tafsir hadis ini kemudian menukil sebuah kisah perjalanannya bersama seorang diplomat. Sang diplomat menceritakan sebuah pengalaman yang berhubungan dengan sedekah, dan sampai saat ini masih tertanam dalam dirinya.
Dikisahkan bahwa ada seorang ulama di Timur Tengah yang hidupnya sangat pas-pasan. Bahkan untuk makan daging saja sangat susah. Keluarganya kemudian meminta daging kepada sang ulama.
Guna memenuhi permintaan itu, pergilah sang ulama untuk bekerja. Uang dari hasilnya bekerja kemudian dipakai membeli sekilo daging.
Dalam perjalanan pulang ke rumahnya, ia bertemu dengan induk kucing dengan anaknya yang sedang mengeong. Ia tampak kelaparan karena susu induknya sudah tidak ada.

Ada dua pilihan bagi ulama tersebut. Apakah di membawa dagingnya pulang ke rumah, atau memberikannya kepada kucing yang kelaparan supaya ada air susunya untuk diberikan ke anaknya. Akhirnya, sampailah ia pada keputusan untuk memberikan daging itu untuk si kucing.
Setelah mendapatkan daging tersebut, sang kucing tampak menengadah seolah sedang berdoa. Beberapa tahun berselang ulama itu menjadi seorang kaya raya, yang kemudian dihubungkan dengan daging yang diberikannya untuk kucing kelaparan.
”Kisah ini sangat menginspirasi. Kucing saja kita selamatkan dan membantunya memberi makanan, sudah bisa mengubah dimensi kehidupan seseorang yang memberikan sedekah. Apatah lagi kalau kita bersedekah kepada sesama manusia,” jelasnya.

Dijelaskan pula bahwa tindakan atau perbuatan sedekah pada hakikatnya sunah. Kemudian menjadi pertanyaan sangat mendasar, kenapa misalnya Allah Swt menyuruh kepada kita untuk melakukan sedekah. Apakah dasar daripada manusia itu membagi.
”Kadang menjadi pertanyaan konyol dalam diri kita, capek-capek bekerja pagi,siang dan malam, kenapa setelah saya mendapat hasil saya tidak menikmati sendiri. Kenapa harus saya berbagi dengan orang lain,” imbuhnya.
Dalam paradigma orang barat yang beraliran pragmatis, menurut Ustaz Juliadi, cara hidup dan padangan hidup mereka sangat individualistik. ”Buat apa berbagi kepada orang lain? Sementara pada hakikatnya berbagi adalah karakter bagi manusia yang sangat luar biasa,” tandasnya.
Selain itu, ketika lihat dalam konmteks agama Islam, di situ ada penguatan. Bukan hanya pada sisi kemanusiaan, tapi juga balasan surga di akhirat. (*/rus)

  • Bagikan