Belilah Bahagia dengan Sedekah

  • Bagikan

TIDAK sedikit orang yang mengaku hidupnya bahagia. Pertanyaannya, apakah memang mereka bahagia? Ada banyak indikasi yang biasa disebutkan. Namun satu yang pasti, orang bisa mendapatkan kebahagiaan dengan sedekah.

PENGURUS Pimpinan Wilayah (PW) Ikatan Dai Muda Indonesia (IDMI) Sulsel Ustaz Wahyudi Sahri, menyebut jika kita mencoba menghitung nikmat yang diberikan Allah niscaya kita tidak bisa menghitungnya. Di antara nikmat yang diberikan itu adalah nikmat sehat, kesempatan, dan yang paling utama adalah nikmat bertemu bulan suci Ramadan.
Namun, terkadang ada yang diberi nikmat kesempatan, namun nikmat sehatnya ditarik oleh Allah Swt ketika bertemu bulan suci Ramadan. Akhirnya dia pun tidak bisa menikmati sepenuhnya kemuliaan bulan penuh berkah ini.

”Coba kita perhatikan di sekeliling kita. Keluarga, saudara, teman, atau tetangga yang di tahun-tahun sebelumnya masih bersama dengan kita menikmati keindahan bulan suci Ramadan, tapi tahun Allah telah lebih dahulu memanggilnya daripada kita. Bahwa satu hal yang pasti bahwa bulan Ramadan setiap tahunnya akan datang. Karena sesungguhnya dalam tahun Hijriah ada satu nama bulan di situ, yakni Ramadan yang dapat dipastikan setiap tahun pasti datang. Akan tetapi apakah mungkin kita bertemu dengan Ramadan berikutnya? Jangankan tahun depan, Ramadan tahun ini saja belum ada orang yang bisa menjamin dirinya dapat menyelesaikan 30 hari,” terang Ustaz Wahyudi ketika menjadi narasumber dalam program Berkah siniar (podcast) untuk kanal Youtube Berita Kota Makassar.
Untuk itu, dia mengajak agar memanfaatkan semaksimal mungkin kesempatan yang diberikan oleh Allah, untuk melaksanakan semua hal-hal kebaikan-kebaikan yang nantinya memberikan manfaat kepada kita, dan tentunya memberikan kedamaian serta ketenteraman hati yang bermuara pada kebahagiaan jiwa masing-masing.
”Suatu ketika ada orang yang ditanya apa indikasi kebahagiaan itu? Ada yang menjawab, saya bahagia ketika saya memiliki harta yang banyak, ketika saya menaiki kendaraan saya. Saya bahagia ketika bersama orang terkasih, keluarga, orang -orang yang terdekat dengan saya dan segala macamnya.

Ada juga yang mengatakan saya bahagia ketika dapat menikmati waktuku sendirian. Apakah itu berarti bahagia sesungguhnya? Bukankah kebahagiaan yang diciptakan itu hanya sementara,” jelasnya.
Lalu dari aman sebenarnya kebahagiaan itu sesungguhnya? Dapat ditarik kesimpulan bahwa kebahagiaan itu asalnya, muaranya dari ketenangan jiwa. Ketenteraman hati yang pada intinya adalah kebahagiaan batiniah yang mesti dipenuhi.
”Rasulullah Saw dalam sabdanya mengatakan; belilah segala kesulitanmu dengan sedekah. Artinya, bahwasanya dalam proses hidup kita ada fase di mana kita harus berada di bawah. Dan ada pula fase di mana kita memang berada di atas. Hidup ini seperti roda berputar. Leluconnya adalah bagaimana jika roda yang berputar itu terbentur lubang? Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Itulah kesulitan yang lebih bisa dirasakan,” kata Ustaz Wahyudi.
Artinya apa? Dalam hidup ini pasti ada kesulitan yang akan kita hadapi. Lawan kesulitan itu dengan kebahagiaan. Kalau mau menghilangkan kesulitan, agar penyakit kita diangkat oleh Allah Swt, menolak bala, jalannya sudah diajarkan oleh rasul yaitu dengan bersedekah.
Kalau kita menyadari hal ini, maka ada tatacara yang disamapaikan oleh rasulullah agar kita bisa menikmati kebahagiaan itu. Selalulah melihat kondisi orang yang ada di bawah kita. Kondisi ekonomi mereka mungkin lebih di bawah dari kita. Jangan membiasakan diri memperhatikan orang yang ada di atas kita. Karena ketika itu terjadi maka ambisi keduniawian kita yang muncul. Maka berat bagi kita untuk mensedekahkan apa yang kita miliki. ”Intinya, kebahagiaan itu kita yang ciptakan. Jalannya salah satunya dengan bersedekah,” ujarnya. (*/rus)

  • Bagikan