Lantang Bangngia Street Race untuk Pebalap Liar

  • Bagikan

MAKASSAR, BKM.FAJAR.CO.ID - Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto betul-betul merealisasikan rencananya menggelar balapan motor di jalan untuk anak muda. Event adu cepat mengendarai sepeda motor untuk mengakomodir pebalap liar di bulan Ramadan itu, akan mulai dihelat Sabtu (16/4) mendatang.
Danny memilih nama event tersebut dengan memadukan bahasa Inggris dan bahasa Makassar, yakni Lantang Bangngia Street Race. Artinya, balap jalanan di tengah malam. Diagendakan even ini dilaksanakan dua kali sepekan, yakni setiap Sabtu dan Minggu selama Ramadan.
Ditemui di kediaman pribadinya, Jalan Amirullah, Selasa (12/4), Danny menerangkan, berdasarkan hasil rapat dengan kepolisian dan Ikatan Motor Indonesia (IMI), lokasi untuk balapan dipilih AP Petta Rani.
Sebelumnya, Danny menyebutkan ada dua alternatif lokasi yang bisa digunakan, yakni Jalan Metro Tanjung Bunga dan Jalan Dr Leimena. Namun karena kedua jalan itu tidak dilengkapi sarana penerangan yang memadai, maka dialihkan ke AP Petta Rani.
“Rupanya IMI merekomendasikan Jalan Petta Rani karena pertimbangan lampu, kualitas aspal, pertimbangan bongkar pasang cepat, pertimbangan penonton, tidak ada rumah yang terganggu. Kan IMI ini sudah pengalaman mengurusi seperti itu. Saya serahkan ke IMI,” kata Danny.
Dia melanjutkan, pihaknya juga sudah melakukan koordinasi dengan kapolrestabes soal kesiapan yang sudah dilaksanakan. Intinya, event ini sudah siap untuk digelar. “Kita bismillah. Malah sudah disosialisasikan ke pebalap liar itu,” tambah Danny.
Sebelum race atau lintasan AP Petta Rani nantinya digunakan sebagai ajang balap, rencananya Danny akan melakukan uji coba terlebih dahulu. “Yah, mungkin tiga kali putaran. Seperti waktu Pak Jokowi uji coba (sirkuit) Mandalika,” katanya berseloroh.
Kegiatan ini diketahui sama sekali tidak menggunakan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Karena itu, Danny mengaku akan berusaha mencari sponsor yang akan menyiapkan hadiah bagi para juara nantinya.
“Kita coba carikan sponsor supaya bisa dapat hadiah. Karena kan kami tidak punya dana untuk itu. Ini cuma menampung. Daripada mereka balap liar membahayakan banyak orang, kita bikin yang lebih standar,” tambahnya.
Street race ini, kata Danny, merupakan tahap awal dari Road to Untia Eco Cirkuit atau jalan menuju arena balap (sikuit) Untia yang akan dibangun tahun ini.
Dia menyadari jika balap motor yang digagas ini menuai kritik dari sejumlah pihak. Dia pun berharap para pengkritik jangan sebatas menyoroti, namun memberikan ide apa yang baik dilakukan untuk meminimalisir terjadinya aksi balapan liar.
“Kasih ide. Jangan cuma kritik saja. Boleh kritik, tapi kasih ide solusi. Saya kan tahu mereka. Saya bergaul dengan mereka. Saya terima kritik, tapi kasih solusi,” tandas Danny.
Sementara itu, Kabid Mobility IMI Sulsel, Chandra Samad menjelaskan pihaknya sudah melakukan persiapan untuk ambil bagian dalam event ini. “Sekarang tunggu pertemuan dengan kapolrestabes untuk koordinasi lebih lanjut. Kita juga sudah mau ajukan permohonan izin dalam hal penggunaan jalan, izin keramaian dan bantuan keamanan. Kita tunggu panggilan, mudah-mudahan bisa malam ini (tadi malam),” jelas Chandra.

Soal rencana mulai menggelar street race di akhir pekan ini, dia mengaku masih melihat kondisi terlebih dahulu. “Seandainya tiga hari lalu kita dikasih izin, kita bisa minggu ini. Tapi kondisi kemarin baru ada demo. Tapi kalau hari ini (kemarin) kita diberi izin, kita bisa langsung siapkan. Kalau saya pribadi berharap minggu depan (mulai digelar),” jelas Chandra.
Dia menargetkan peserta yang ambil bagian dalam ajang balap ini sekitar 300 orang. Sejauh ini, tambahnya, sudah banyak sponsor yang menawarkan untuk berpartisipasi. Di antaranya ada beberapa produk otomotif.
Alasan kenapa Jalan AP Petta Rani dipilih sebagai arena balap, Chandra menerangkan setelah melakukan survei di sejumlah jalan, memang ruas jalan tersebut yang paling layak. “Kondisi di Petta Rani paling layak. Kita sudah survei. Kalau kita bikin malam, jumlah kendaraan yang lewat kurang dan pengalihannya gampang. Kondisi jalan bagus karena rata dan faktor keamanan juga,” tandas Chandra.

Tidak Tepat

Sosiolog yang juga dosen Universitas Bosowa Makassar, Andi Burchanuddin menilai program yang digagas Wali Kota Danny itu tidak tepat. Apalagi kompetisi ini dilakukan malam hari. Dia menekankan, IMI harus bersikap terkait rencana tersebut.
“Program ini tidak tepat. Apalagi bersifat kompetisi. IMI sebenarnya harus mengeluarkan sikap terkait rencana tersebut. Apalagi kompetisi ini digelar malam hari,” katanya saat dihubungi, Selasa (12/4).
Apalagi, ajang ini dilaksanakan selama bulan suci Ramadan. Sebaiknya, kata Burchanuddin, untuk menyalurkan bakat dan minat anak muda terhadap balapan motor, sebaiknya dilaksanakan pascalebaran melalui even formal.
Seharusnya, untuk mengantisipasi tidak terjadinya balapan liar, solusi yang tepat adalah aparat harus bersiaga di titik-titik yang rawan dan selalu menjadi lokasi balap liar.

“Jadi kita lihat momentumnya tidak tepat dan bukan begitu solusinya menyalurkan minat dan bakat anak-anak. Apalagi digelar pada malam hari,” tambahnya.
Dia melanjutkan, anak muda melakukan balap liar merupakan fenomena tahunan di tengah Ramadan. Biasanya mereka berkumpul pada titik-titik tertentu untuk melepas fajar. “Nah, aparat harus stand by. Harus optimalisasi fungsi pengawasan oleh petugas,” tandas Burchanuddin. (rhm)

  • Bagikan