Ustaz Jamal Muhammad Genda, Humas PW IDMI Sulsel

  • Bagikan

ANDA pernah merasa kurang lalu memilih untuk berhenti bersedekah? Sebaiknya jangan lakukan itu. Tetaplah berbagi walau dalam situasi yang sempit. Karena bisa saja itu menjadi jalan Anda akan dikejar rezeki.

USTAZ Jamal Muhammad Genda telah membuktikan hal itu. Humas Pengurus Wilayah Ikatan Dai Muda Indonesia (PW IDMI) Sulawesi Selatan ini berlatar belakang sarjana teknik sipil kemudian memilih profesi sebagai guru mengaji lalu menjadi seorang dai dan motivator.
Hadir menjadi narasumber untuk kanal Youtube Berita Kota Makassar, ia menjelaskan bahwa sangat susah berteori bila belum merasakannya. Ustaz Jamal lalu menggambarkan sebuah peristiwa yang dialaminya bersama dengan rekannya. Menruutnya, ketika belum merasakan, seseorang akan banyak berpersepsi buruk terhadap sedekah.
Suatu hari ia bersama dua rekannya berkunjung ke sebuah daerah di Sulsel. Sepanjang perjalanan mereka membicarakan tentang makanan khas daerah setempat yang akan dituju.
”Ada satu orang teman yang belum pernah merasakan makanan itu, sehingga selalu berpersepsi dan mengatakan tidak mau memakannya. Sampailah kami di sebuah warung. Makanan sudah dipesan, tapi teman ini tetap tidak mau. Tapi dia diminta untuk mencobanya, karena makanannya enak,” terang Ustaz Jamal.
Apa yang terjadi kemudian? Ketika makanan tersebut disajikan, baru mencium aromanya saja dia langsung bileng enak. ”Makanan apa itu? Coto kuda. Jadi orang yang tidak pernah makan coto kuda selalu berpersepsi lain. Kenapa? Karena bisa jadi itu dianggap ganjil. Tapi setelah dimakan ternyata enak sekali. Begitulah pengggambaran sedekah,” jelasnya.
Ustaz Jamal mengaku bahwa dirinya salah seorang di antara sekian banyak orang yang merasakan dikejar rezeki karena sedekah. ”Saya ini seorang guru mengaji. Coba tanya berapa gajinya guru mengaji. Tapi Alhamdulillah, saya bisa beli rumah sebelum menikah, bisa menikah yang orang bilang uang panaiknya tinggi sekali. Kuasa Allah, mobil sekarang saya miliki berkat sedekah,” ungkapnya.
Namun, ia menekankan bahwa ada teorinya jika hendak dikejar rezeki karena bersedekah. Yaitu, bersedekah tidak bisa kalau diukur-ukur. Melakukannya pun bisa dalam keadaan lapang maupun sempit.
”Rasulullah kalau mau bersedekah seperti anak panah yang lepas dari busurnya. Tidak berpikir kemudian beliau sedekahkan. Tapi kalau belum sedekah sudah terlintas di pikiran kita nanti begini atau begitu, susah akan dikejar rezeki dengan sedekah. Tetapi nanti kalau sudah terbiasa sedekah kita akan rasakan,” tandasnya.
Ustaz Jamal dan istri bukanlah pegawai negeri atau semacamnya. Mereka mengabdi di jalan Allah, dengan keyakinan jika menolong agama Allah, nanti Allah yang akan menolongnya. ”Teorinya kami hidup, apabila merasa kurang maka kami gempur dengan sedekah. Bukan justru menyimpan harta,” jelasnya.
Ia kemudian mengutip pepatah, rajin pangkal pandai hemat pangkal kaya. Anak-anak pun diminta dan selalu diusahakan untuk menabung. Bagi Ustaz Jamal, hal itu tidak salah namun kurang tepat. Yang tepat adalah ajari anak-anak menabung dengan menitipkannya ke orang lain. Dengan kata lain biasakan anak-anak bersedekah, di mana pun itu.

”Jangan di rumah disimpan itu tabungannya. Terlalu banyak gangguan setan. Kalau dititip-titip ke orang lain alias bersedekah, kita tidak pernah tahu Allah akan memberikan balasan. Allah akan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Kalau sudah terbiasa, ketika kita butuh sekali, rezeki itu ada,” imbuhnya.

Ia juga mengambil contoh seseorang yang kehilangan gawai. Jika orang tersebut paham tentang titipan Allah, maka dia akan berkata bila sekiranya handphone itu miliknya pasti akan kembali. Namun, bagi orang yang tidak paham tentu akan gelisah. ”Bagaimana dengan nomor yang ada di dalamnya. Dari mana lagi bisa dapat yang baru. Akhirnya stres dan HP tidak kembali. Kalau ada keyakinan kepada Allah, bisa saja handphone tersebut akan kembali,” ujarnya.
Karena itu, menurut Ustaz Jamal, jangan pernah ragu untuk bersedekah. Rasakan dulu. Berbuat baik memang harus dipaksakan. Kalau selalu berhitung, susah jadinya.
”Sama dengan salat tahajujud. Kita semua tahu bahwa itu baik. Tapi tidak pernah dipaksa, akhirnya tidak salat tahajjud juga. Tidur lagi. Sementara setiap sepertiga malam Allah akan turun ke langit terendah. Doa akan dikabulkan. Tapi kita lewatkan saja itu,” tandasnya. (*/rus)

  • Bagikan