MAKASSAR, BKM–Meski berpuasa, namun Wakil Ketua DPRD Sulsel Syaharuddin Alrif menunjukkan sikap kepedulian dengan terus berempati pada masyarakat “Saya kita macetmi pagi-pagi ternyata belumpi macet, makanya saya naik motor kekantor dan kunjungi beberapa ruas titik demo. Alhamdulillah Makassar sampai jam sekarang masih normal dan belum macet,”ujar Syahar-panggilan akrab Syaharuddin Alrif saat tiba di gedung DPRD Sulsel, Senin (11/4).
Beberapa saat kemudian Syahar yang juga legislator Nasdem menerima puluhan buruh yang melakukan aksi di depan gedung wakil rakyat.
Para buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) menyuarakan banyak hal, terutama agar pemerintah segera mencabut UU Cipta Karya beserta turunannya.
Koordinator aksi Fikasianus Ichank mengatakan bila aksi tersebut lanjutan dari aksi sebelumnya. “Undang undang Cipta Kerja ini sangat menyengsarakan kami sebagai buruh dan pekerja. Maka dari itu kami dari KSPSI mendesak agar pemerintah segera mencabut UU Cipta Kerja dan memberlakukan kembali UU nomor 13 tahun 12013 tentang ketenagakerjaan ,”tegasnya.
Pada sore hari, Syahar dan Wakil Ketua DPRD Muzayyin Arief, Andi Januar Jaury Dharwis, Imam Fauzan dan Risma Kadir Nyampa menerima aspirasi yang diakukan HMI. HMI menyodorkan pernyataan sikap mulai wacana penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden, copot menteri yang tidak menjalankan amanah hingga kelangkaan minyak goreng.
Sebelum menerima delegasi HMI, Syahar bersama Ketua dan Wakil Ketua DPRD Sulsel, para pimpinan komisi dan alat kelengkapan dewan (AKD) lainnya melakukan rapat pimpinan. Hingga petang ini, belum diketahui hasil dari rapat pimpinan tersebut. Informasi yang dikumpulkan, rapat pimpinan terkait kesiapan untuk dilakukan reposisi pimpinan AKD.
Hadir diantaranya Ketua Fraksi Nasdem DPRD Sulsel Ady Ansar, Ketua Fraksi PDIP Andi Ansyari Mangkona, Ketua Fraksi PAN Syamsuddin Karlos, Ketua Fraksi PPP Imam Fauzan, Ketua Komisi D DPRD Sulsel Rahman Pina para wakil ketua komisi masing-masing Fauzi A Wawo, Marjono, Fermina Tallulembang dan Dr Usman Lonta. (rif)
