Calon Pemimpin tak Jadi Dibunuh karena Sedekah

  • Bagikan

DI bulan Ramadan kita diminta untuk banyak bersedekah dan juga bertigfar. Karena ada keajaiban yang bisa didapat jika hal itu diamalkan oleh umat muslim. Bendahara Pengurus Pusat Ikatan Dai Muda Indonesia (PP IDMI) Ustaz Syarifuddin Liwang mengulasnya ketika menjadi narasumber dalam program Berkah untuk kanal Youtube Berita Kota Makassar.

”NABI pernah mengatakan bahwa seutamanya sedekah yaitu pada bulan Ramadan, dan beliau sendiri yang mencontohkan. Beliau yang sebelumnya memang dermawan dan suka berbagi, lebih bersemangat lagi ketika bulan Ramadan tiba. Nabi juga menganjurkan kepada para sahabatnya untuk memperbanyak sedekah, terutama di bulan Ramadan karena memiliki fadhilah tersendiri,” ujar Ustaz Syarli, sapaan akrab Syarifuddin Liwang.
Disebutkan bahwa ada banyak keajaiban saat bersedekah. Bukan hanya mendapatkan pahala, tapi juga berkaitan dengan kehidupan duniawi. Selain memperoleh berkah dan rahmat, dengan sedekah juga bisa menolak bala.
Ia kemudian mengulik sebuah kisah yang berkaitan dengan keajaiban sedekah. Di sebuah kontestasi pemilihan pemimpin sebuah wilayah ada dua kandidat yang maju untuk bertarung. Satu orang adalah pengusaha besar dan memiliki banyak modal. Sementara satu calon lainnya hanya orang biasa, tak punya modal namun begitu dicintai oleh masyarakat.
Ketika proses pemilihan berlangsung, calon dengan yang berlatar belakang pengusaha ternyata dikalahkan oleh yang tak punya modal. Tak terima dengan kekalahan itu, kebencian dan kemarahannya pun muncul. Ia lalu mencari cara untuk menyingkirkan calon yang mengalahkannya.
Rencana untuk membunuh pemenang pemilihan itu pun disusun. Disewalah pembunuh bayaran yang siap melaksanakan tugasnya, dengan perjanjian sewanya dibayar 50 persen lebih dulu. Kesepakatan pun tercapai.
Berangkatlah dia mencari calon pemimpin yang terpilih itu. Kampung tempat tinggalnya didatangi. Namun, untuk mencapai lokasi tersebut, terlebih dahulu harus melalui perjuangan yang cukup berat. Karena daerah tempat tinggalnya berada jauh di pedalaman dan tak dapat diakses dengan kendaraan, baik roda dua maupun empat.
Dengan terpaksa pembunuh bayaran itu harus menempuhnya dengan berjalan kaki. Melewati pegunungan dan perkampungan yang sepi. Karena lama berjalan dia pun lelah, lapar, dan haus. Meski melewati beberapa rumah penduduk, tak ada yang menyapa. Apalagi memberinya makanan atau minuman.
Di ujung kampung ia mendapati orang baik. Seorang pemilik rumah yang melihat sang musafir dalam kondisi lelah dan capek kemudian menawarinya untuk singgah beristirahat. Tidak hanya itu, ia juga memberikan bantuan yang dibutuhkan, seperti makanan dan minuman.
Di saat sore menjelang, tuan rumah meminta sang musafir untuk bermalam. Disarankan untuk melanjutkan perjalanan keesokan harinya. Dia pun dilayani lebih maksimal selama berada di rumah tersebut.

Keesokan harinya setelah sarapan pagi karena bukan Ramadan, tamu tersebut mandi lalu berganti pakaian dengan tujuan melanjutkan perjalanan. Kepada tamunya, tuan rumah kemudian bertanya. ”Bapak mau ke mana dan mencari siapa,” kata tuan rumah. ”Saya mau cari seorang yang berhasil terpilih untuk memimpin sebuah wilayah. Namanya Abdullah. Katanya di sekitar sini rumahnya,” jawan si tamu.
Tuan rumah bertanya lagi; ”Untuk apa apa mencarinya?” Tamunya menjawab; ”Saya cari karena dia berhasil dipilih untuk memimpin masyarakat. Saingannya itu pengusaha besar, banyak modalnya. Dia meminta saya untuk membunuhnya dan saya telah dibayar.”
Dengan santainya sang tuan rumah menyampaikan; ”Kira-kira bagaimana perasaan dan pendapat bapak, seandainya orang yang dicari ada di depan bapak.” Akhirnya, pembunuh bayaran berkata; ”Anda adalah Abdullah.
Dia yang sebelumnya bersemangat dan bermaksud membunuh Abdullah, tapi karena sudah dilayani dengan baik, akhirnya berubah menjadi cinta. ”Terus terang tadi saya bersemangat ingin membunuh bapak. Tapi setelah melewati perjuangan dan perjalanan yang jauh, saya anggap hanya bapak yang baik, bersedia memberi makanan dan minuman. Sekarang saya ubah itu, karena bapak orang baik. Ini juga ada uang yang sudah diberikan ke saya, saya sedekahkan untuk bapak,” kata sang pembunuh bayaran.

Yang bisa dipetik dari kisah ini, menurut Ustaz Syarli, dengan sedekah, Abdullah yang tadinya hendak dibunuh akhirnya selamat dari rencana pembunuhan. Dan karena sedekahnya, Abdullah menjadi pemimpin di tengah masyarakat.
”Karena itu perbanyaklah bersedekah, terutama di bulan Ramadan. Banyak keajaiban yang bisa terjadi. Abdullah yang dipilih oleh masyarakat selamat dari maut karena banyak bersedekah. Dan masih banyak lagi keajaiban lain jika rajin bersedekah. Termasuk diberi kemudahan dalam hidup,” jelas Ustaz Syarli.
Selain bersedekah, ia juga menjelaskan tentang pentingnya memperbanyak istigfar di bulan suci penuh berkah ini. Sedekah dan istigfar keduanya saling berkaitan. Bahkan, dengan banyak beristigfar akan banyak keajaiban. Dalam Al-Qur’an disebutkan, dengan banyak beristigfar maka kita diberikan kekuatan.
”Kalau hari ini kita memiliki banyak masalah, banyak kesulitan, banyak problem, maka selain perbanyak sedekah, juga perbanyak istigfar. Siapa yang senantiasa membiasakan dan merutinkan istigfar, maka Allah Swt memberikan rezeki dan kemudahan dari arah yang tidak pernah disangka-sangka sebelumnya,” jelasnya.
Dengan banyak beristigfar akan diberikan ketenangan. Bahwa kebahagiaan sesungguhnya itu bukan karena banyak harta, bukan karena tingginya jabatan, tapi kekayaan dan dan kebahagiaan sesungguhnya ketika kita tenang dalam menghadapi hidup karena jiwa kita bersih berkat banyak bersedekah dan beristigfar. (*/rus)

  • Bagikan