Bersedekah Jangan Pakai Ukuran Matematika

  • Bagikan

APAKAH bersedekah itu untung atau rugi? Seringkali kita mendengar pertanyaan itu. Ustaz Muhammad Asryadi, Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Pengurus Pusat (PP) Ikatan Dai Muda Indonesia (IDMI) mengulasnya ketika menjadi narasumber untuk kanal Youtube Berita Kota Makassar.

SEBAGAI umat Islam kita telah banyak mengkaji dan membaca ayat-ayat Al-Qur’an. Salah satu tujuannya agar kita senantiasa menjadi hamba Allah yang selalu dirindukan dan diberi berkah. Menjadi hamba Allah yang selalu dirindukan. Tujuannya menjadi pribadi bertakwa. Jalur terbaiknya adalah bersedekah.
”Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa orang yang bertakwa itu beriman kepada yang ghaib, mendirikan salat, dan rezeki yang dimilikinya diinfakkan. Tatkala seseorang berbagi atau menginfakkan hartanya, maka secara otomatis dia masuk kategori orang bertakwa. Mereka masuk orang yang beruntung itu,” ujar Asryadi.
Apakah orang yang bertakwa itu? Dosen Institut Parahikma Indonesia ini menyebut mereka yang menginfakkan hartanya dalam keadaan lapang maupun keadaan sempit. Jangan pernah takut miskin dengan bersedekah. Mengeluarkan harta kepada hal-hal atau orang yang membutuhkan, Insyaallah akan membuka jalur kebaikan untuk harta-harta kita.

”Siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya dia akan dibukakan jalan keluar. Dia juga akan memberi rezeki dari jalur yang tidak disangka-sangka. Tentu kita ingin mendapatkan rezeki tak disangka-sangka itu. Karenanya, kita perlu sadar diri bagaimana kita menyedekahkan harta yang dimiliki,” terangnya.
Dijelaskan Ustaz Asryadi, dalam keadaan lapang tentuk baik bagi kita mengeluarkan harta karena memang punya kelapangan untuk menyedekahkan harta. Tapi tentu akan menjadi ujian ketika dalam kadaan sempit. Apakah kita masih mampu dan terpanggil untuk bersedekah.
”Kalau kita bisa bersedekah dalam keadaan sempit, yakinlah kita juga bisa melakukannya dalam keadaan lapang. Jika itu sudah bisa kita lakukan, maka masuklah kita kategori orang bertakwa. Karena ciri orang bertakwa adalah ditunjukkan bahwa dia mengeluarkan sedekah yang dititipkan oleh Allah kepadanya,” tuturnya.
Ustaz Asryadi yang saat ini tengah kuliah program doktoral di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar juga menyinggung, bahwa banyak orang yang bersedekah, mengeluarkan hartanya secara tiba-tiba ia ingin mendapat balasan. Mereka meyakini dan percaya bahwa berbagi satu akan mendapatkan 10 balasan kebajikan dari Allah.
”Ketika bersedekah dan menginfakkan materi jangan langsung mengukurnya dengan menggunakan kali-kali matematika. Kalau kita keluarkan Rp10.000 misalnya, jangan langsung mengatakan akan mendapatkan Rp100.000. Logika manusia biasa seperti itu. Tapi kalau gunakan logika Al-Qur’an tidak diukur dengan materi,” jelasnya.
Menurut Ustaz Asryadi, ada dua nikmat Allah yang terkadang dilalaikan oleh manusia. Pertama adalah kesehatan, dan kedua kesempatan.
Tatkala kita berbagi dalam keadaan lapang, niscaya Allah akan mencash jasmani dan batin kita. Keadaan sehat dan produktivitas dalam beraktivitas pun bisa didapatkan. Kondisi seperti itu merupakan rezeki tidak disangka-sangka yang diberikan oleh Allah.
”Kita jangan semata mengukur dan menilai rezekinya Allah itu harta dan uang. Nikmat sehat juga nikmat Allah. Juga kesempatan. Selama sehat, sempatkanlah berbuat kebaikan,” imbuhnya.
Terkait dengan nikmat kesehatan dari Allah, dua tahun sudah negeri ini dilanda pandemi covid-19. Dampaknya sangat dirasakan oleh banyak orang. Tapi yakinlah bahwa dengan bersedekah menjadi perisai dan benteng penghalang.
”Banyak yang terpuruk karena pandemi, tapi banyak juga yang menyalurkan hartanya. Mereka berinfak dan bersedekah. Dengan kekuatan sedekah kepada siapa saja, imunitas tubuh kita akan lebih kuat dan iman sangat tercash. Akan ada banyak pintu-pintu yang terbuka, khususnya rezeki,” tandasnya. (*/rus)

  • Bagikan