MAKALE, BKM. FAJAR. CO.ID — Ketua Himpaudi Tana Toraja, Dr Erni Yatti Riman, melanjutkan intervensi Stunting kepada ibu hamil dan balita di Puskesmas Kondoran Sangalla, Kamis (6/6).
Dr Erni menegaskan, pencegahan dan penurunan stunting tugas bersama sehingga jika ada ibu hamil dan balita ditengarai mengalami gejala stunting segera hubungi Puskesmas dilakukan intervensi.
Puskesmas wajib melakukan pemantauan disertai layanan asupan gizi sehingga baik ibu hamil maupun janin dalam kandungan agar tumbuh dan berkembang baik dan normal.
Diakui Erni data terakhir angka stunting di Tana Toraja Pebruari 2024 tinggal 13,15 persen dan angka stunting bisa ditekan.
Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Tana Toraja sudah kerja keras bersama stake holder lainnya baik TNI maupun Polri dan OPD lainnya terus melakukan dan mendata serta memantau siapa saja warha sedang hamil dan punya balita.
Kata Erni, Pemkab Tana Toraja panik setelah menerima data hasil Survey dari Status Gizi Indonesia (SSGI) stunting Tana Toraja 35,4 persen tahun 2022, dan Survey Kesehatan Indonesia (SKI) 36,9 persen tahun 2023.
Stigma stunting Tana Toraja tertinggi di Sulsel telah diklarifikasi Wabub Zadrak di acara konsolidasi pencegahan stunting 2024 regional 3 di Makassar lalu bahwa prevalensi terkini stunting di Tana Toraja sesuai E.PPGMG aplikasi Kemenkes berlaku semua Puskesmas di Tanah Air berdasarkan bay name by adres dan real time per Pebruari 2024 tinggal 13,15 persen.
Terpisah Subkor Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan Tana Toraja Idawati Patintinga menjelaskan stunting penyebabnya gizi buruk balita bukan hanya berpengaruh tinggi badan pendek, melainkan juga gangguan kognitifnya.
“Pencegahan dan intervensi serentak TPPS diperlukan koordinasi dan komunikasi antar stakeholder sehingga data yang disajikan nantinya akurat dan valid, ‘ jelas Idawati. (Gus)