MAKALE, BKM. FAJAR. CO.ID — Ketua Bapemperda DPRD Tana Toraja, Kristian HP Lambe, turut prihatin melihat angka stunting di Tana Toraja yang masih terbilang tinggi.
Melonjaknya angka stunting di Tana Toraja tidak berbanding lurus dengan anggaran yang tersedia hingga mengundang kecurigaan terhadap kinerja Tim Percepatan Penurunan Angka Stunting daerah ini.
Saat ditemui BKM, Rabu (2/5) Kristian mengatakan, prevalensi stunting menggambarkan jumlah kasus stunting di Tana Toraja meningkat. Hal ini dibuktikan dengan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 35,4 persen Tahun 2022, dan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 36,9 persen pada Tahun 2023.
Menurut Kristian, sebaiknya pengelolaan stunting di Tana Toraja melibatkan dokter anak untuk mendiagnosis anak, dokter obgyn (kandungan) untuk memeriksa berat janin yang tidak sesuai kehamilan, dan dokter gizi untuk memeriksa berat janin tidak sesuai usia kehamilan dan tata laksana nutrisi pada gizi kurang atau gizi buruk dan yang terdiagnosa stunting dari dokter anak.
Demikian pula OPD terkait bekerja sesuai tupoksinya yang terintegrasi dengan penanganan stunting, misalnya untuk sanitasi dan pemberdayaan ekonomi keluarga.
“Sementara penanganan nutrisi melibatkan spesialis sesuai kompetensinya, “ujar Kristian.
Diakui Kristian, anggaran tersedia di Puskesmas Pemberian Makanan Tambahan (PMT) sudah habis, faktanya komposisinya tidak sesuai kebutuhan anak. Seharusnya tim percepatan penurunan stunting melibatkan ahli gizi (dietisien) dan dokter spesialis gizi untuk menentukan kebutuhan kalori serta kompisisi makanannya.
Anggota dewan melihat OPD hanya kumpul saja, dan bekerja sembunyi-sembunyi dan tidak melibatkan orang yang berkompeten untuk turun ke titik masalah. Jangan sampai terjadi angka stunting tinggi karena data tidak valid sebab yang mengukur tidak bukan ahlinya. Angka stunting tidak sebanding dengan anggaran yang digelontorkan penanganan stunting.
Apa benar tinggi badan anak kurang gizi dan stunting di Toraja. Padahal acara rambu solo dan rambu tuka sepanjang tahun terus ada, kemana itu daging bergizi tinggi, hal ini kerap dipertanyakan masyarakat luas.
Lanjut Kristian, jika ada ibu hamil terdeteksi kurang gizi, intervensi nutrisinya hendaknya tepat dan benar dari dokter spesialis gizi, sampai anak usia 2 tahun.
Jika hal ini dikawal dengan benar maka anaknya tidak akan stunting sebab setelah usia anak lewat dari usia 2 tahun tinggal urusan berat badan dijaga seimbang dengan tinggi badan.
Apalagi perkembangan pesat otaknya sampai 2 tahun, setelah usia lewat 2 tahun sudah normal, makanya intervensi terbaik di masa 1000 hari kehidupan anak mulai dari kandungan.
“Hasil konsultasi dan diskusi dengan dokter spesialis gizi itu kami uraikan, termasuk hasil rapat dengar pendapat Dinkes dengan Komisi II, ” pungkas Kristian (gus)