MAKASSAR, BKM. FAJAR.CO.ID -- Kebijakan pemblokiran rekening tabungan karena tidak ada aktivitas transaksi selama tiga bulan, terus menuai kritik. Sri Wahyuni, mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, menilai bahwa aturan tersebut tidak berpihak pada masyarakat, terutama mereka yang menjadikan rekening bank sebagai sarana menabung secara pasif.
Menurut Sri, banyak kalangan termasuk pelajar, mahasiswa, hingga masyarakat menengah ke bawah menggunakan rekening hanya untuk menyimpan uang, bukan untuk melakukan transaksi rutin setiap bulan. Dengan adanya kebijakan pemblokiran otomatis atas rekening yang dianggap tidak aktif, ia melihat potensi kerugian besar bagi nasabah yang justru ingin menabung dengan aman.
“Itu kebijakan kasih repot masyarakat, apalagi sekarang banyak orang yang memiliki bank khusus untuk menabung terus dibekukan, jadinya kasihan,” ujar Sri Wahyuni.
Sebagai mahasiswa, Sri mengaku kerap melihat rekan-rekannya membuka rekening tabungan khusus untuk keperluan menyimpan uang jangka panjang, misalnya untuk membayar UKT, dana organisasi, atau tabungan pribadi yang tidak digunakan dalam waktu dekat. Ia menyayangkan jika justru nasabah seperti itu dianggap tidak aktif dan diblokir tanpa peringatan.
Sri juga menilai bahwa kebijakan tersebut menunjukkan kurangnya empati dari sistem perbankan terhadap realitas ekonomi masyarakat. Di tengah situasi pascapandemi dan tekanan biaya hidup, banyak orang hanya bisa menyisihkan uang dalam jumlah kecil dan tidak rutin.
Menurutnya, bank seharusnya memberikan kelonggaran, bukan justru menutup akses terhadap simpanan nasabah.
“Namanya juga tabungan. Tidak semua orang bisa setor atau tarik uang tiap minggu atau tiap bulan. Harusnya yang kayak gini malah diberi kemudahan, bukan dibekukan,” jelasnya.