MAKASSAR, BKM.FAJAR.CO.ID--Pemerintah Kota Makassar terus memacu langkah konkret untuk menuntaskan persoalan sampah yang kian mengkhawatirkan.
Salah satunya, memanfaatkan sampah organik menjadi produk bernilai tambah seperti Eco Enzyme.
“Makassar ini sudah darurat sampah. Tidak ada pilihan selain semua masyarakat di dalamnya harus berpartisipasi aktif," ungkap Munafri, saat membuka kegiatan sosialisasi pengelolaan sampah organik menjadi Eco Enzyme di Hotel Mercure Makassar, Rabu (9/7).
Eco Enzyme dibuat melalui fermentasi sisa buah dan sayuran bersama gula dan air, menghasilkan cairan serbaguna yang dapat dimanfaatkan sebagai pembersih alami, pupuk organik, pengusir hama, dan produk ramah lingkungan lainnya.
Lebih lanjut Munafri memaparkan, setiap hari Kota Makassar menghasilkan sekitar 1.000 ton sampah, dengan lebih dari 60 persen diantaranya berupa sampah organik.
"Jika potensi ini diolah secara konsisten, bukan hanya persoalan kebersihan yang terselesaikan, tetapi juga tercipta peluang ekonomi baru," tururnya.
Wali Kota berlatar pengusaha itu menuturkan, selain Eco Enzyme, Pemkot Makassar juga mendorong pemanfaatan berbagai jenis sampah lainnya, seperti sampah plastik dan sampah organik untuk budidaya maggot.
Munafri menegaskan upaya ini akan dikembangkan menjadi industri dengan skala ekonomi yang lebih besar ke depannya.
"Ke depan kita ingin punya green house, green lab, hingga industri pertanian dan daur ulang yang tumbuh di dalam kota," ungkapnya.
Pemkot Makassar berkomitmen menjadikan pengelolaan sampah sebagai gerakan kolaboratif, bukan sekadar program pemerintah.
Munafri Arifuddin, mengapresiasi inisiatif Hotel Mercure yang telah mengelola sampah organik secara mandiri dan berhasil mengubahnya menjadi produk bernilai ekonomi.
Menurut Munafri, langkah ini bukan hanya berdampak positif bagi lingkungan, tetapi juga terbukti mampu mengurangi beban biaya operasional hotel secara signifikan.