Jodoh Tiga Bujang”, Komedi Keluarga dari Makassar Tayang di Bioskop Mulai 26 Juni

  • Bagikan

Digarap dengan sangat
baik oleh sutradara berbakat Arfan Sabran, dan akan membawa penonton Indonesia
pada kekayaan cerita yang tidak hanya membawa tawa, namun juga rasa haru dan
nilai yang akan memberikan kita refleksi tentang perjodohan, kisah cinta, dan apa
arti dari sebuah perjuangan,” kata produser film “Jodoh 3 Bujang” Chand
Parwez Servia.

“Film “Jodoh 3 Bujang” menandai perjalanan Rhaya Flicks untuk lebih serius terlibat
di industri perfilman Indonesia.

Kolaborasi bersama Starvision telah kami mulai
sejak lama, dan melalui film yang menyegarkan ini, sekaligus menjadi milestone
kami untuk lebih berkontribusi di industri perfilman Indonesia di masa mendatang.

Starvision bisa dibilang jagonya film keluarga, komedi, dan romance yang hangat
dan penuh makna.

“Kami percaya dengan karya yang disutradarai Arfan
Sabran ini penonton dapat menerimanya dengan hangat,” tambah produser
Futih Aljihadi dari Rhaya Flicks.

Film “Jodoh 3 Bujang” menjadi karya debut fiksi dari sutradara Arfan Sabran, yang
sebelumnya lebih banyak menyutradarai film dokumenter.

Ia juga pernah meraih
Piala Citra FFI untuk Film Dokumenter Panjang Terbaik 2022 lewat film “Ininnawa:
an Island Calling”.

Menurut Arfan, menyutradarai “Jodoh 3 Bujang” dan bekerja
sama bersama Starvision adalah sebuah kesempatan istimewa.

“Membawa cerita yang punya latar tradisi dan kedekatan dengan masyarakat
Bugis-Makassar ke layar sinema Indonesia tentu sebuah kesempatan istimewa. Tentu Pak Chand Parwez dan Starvision selalu memberikan ruang bagi cerita-cerita
baru dan nama baru seperti saya. Senang juga bisa bekerja sama dengan para
pemeran berbakat yang menghidupkan cerita ini dengan kuat,” ungkap Arfan.

Jourdy Pranata, yang memerankan karakter Fadly mengatakan memiliki tantangan
dengan mempelajari dialek Bugis-Makassar.

Namun, cerita tentang tiga bersaudara,
sangat dekat dengannya karena ia pun merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara di keluarganya.

“Tantangannya adalah menyampaikan pesan dari cerita ini, serta memberikan
dimensi karakter Fadly yang believable. Saya lahir dari keluarga Minang dan tinggal
di Jakarta, jadi untuk menggunakan dialek Bugis-Makassar, itu adalah tantangan
utamanya. Namun, saya banyak terbantu karena baik dari kru maupun pemain juga
banyak yang dari Makassar,” ungkapnya. (rhm)

  • Bagikan