Sambil terbata-bata, Nanneng mengaku jika adiknya Pi'di keseharian berjualan kue keliling, menjaga anak tetangga untuk mencari tambahan nafkah seribu atau 3 ribu waktu di tahun 1995.
"Pi'di memang salah satu tulang punggung keluarga. Dia sempat mengatakan ke ibunya untuk meminta doa agar nanti ketika pi'di sukses, mau membenahi rumah ibunya agar layak. Makanya waktu anak seusianya menempuh pendidikan dia korbankan demi keluarga kecil yang bisa dibilang kekurangan extra finansial untuk bisa keluar dari kemiskinannya,"ujar Nanneng.
Namun ajal tak mampu dibendung, takdir dan ajalnya berkata lain, anak yang tidak tau apa-apa dan tidak bersalah hanya tiba-tiba disuruh mencuci dan berada di tempat itu, harus ikut menjadi korban pembantaian di rumah Ahmadi yang dibunuh secara tragis.
"Arwah beliau sampai sekarang beberapa kali datang untuk memastikan kakaknya baik-baik saja dan untuk mencari bagian organ tubuhnya yang hilang,"ujar Nanneng.(rls)