Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Penulis Muslim Indonesia Menggelar “Panggung Puisi dan Launching Buku Desir Angin Malino” di Kafe Masagenae

  • Bagikan


Penyair dan akademisi Asia Ramli Prapanca melihat dari sisi lain bahwa puisi-puisi yang ada dalam buku “Desir Angin Malino”, ada yang berisi relasi antara manusia dengan alam, relasi manusia dengan Tuhan, dan ada pula puisi yang berisi relasi antara manusia dengan manusia.


“Tapi tidak banyak puisi yang hubungannya dengan sejarah,” kata Ram Prapanca.
Penyair Nawir Sulthan yang juga diminta memberikan testimoni mengatakan, dirinya sudah sering menyampaikan bahwa kelahiran puisinya, sebenarnya hanya karena kebetulan saja.


“Ya, kebetulan ada waktu, ada kesempatan, dan ada kemauan. Meskipun demikian, bukan berarti puisi saya mengalir apa adanya. Namun melalui suatu proses yang demikian ketat. Puisi itu saya baca berkali-kali, menyeleksi kata demi kata, mengganti bila perlu, dan mengaturnya sedemikian rupa, sebelum puisi saya anggap selesai. Apakah puisi itu sudah bagus atau tidak, saya selalu syukuri sebagai karunia Tuhan,” tutur Nawir.


Penyair yang kini menetap di Kabupaten Maros mengaku dirinya bukan orangnya yang bisa diminta menulis puisi untuk suatu tema tertentu. Kalaupun kemudian ternyata puisinya ada dalam satu antologi bersama, semua itu hanya serba kebetulan saja.


“Akan halnya dengan antologi puisi ‘Desir Angin Malino’, tadinya saya tidak berpikir akan ikut, lantaran keadaan dan kondisi saya sendiri. Namun mengingat kawan-kawan di Makassar, saya jadi tergugah. Lalu saya mencoba menulis puisi Malino. Menjadi keuntungan bagi saya, karena saya beberapa kali berkunjung di tempat yang sangat indah ini sebelumnya,” papar Nawir.


Penyair lain yang memberikan testimoni yaitu Ishakim, Anil Hukma, dan Bahar Merdhu, sedangkan penyair yang membaca puisi antara lain Andi Marliah, Muliaty Mastura, Efa Patmawati Halik, Andi Ruhban, Andi Rosnawatih, Jesi Heny Taroko, Asnawin Aminuddin, dan Syahrir Rani Patakaki.(rls)

  • Bagikan