Menurut Prof Sukri, ada kecenderungan aspek partai pendukung tidak menjadi alasan utama masyarakat memilih tetapi partai menjadi mesin politik digunakan tim yang baik.
Apalagi tofografi Tana Toraja perbukitan membuat tim kerja ekstra menjau pelosok sehingga semakin banyak tim kerja berusaha mengakses masyarakat pemilih bersosialisasi untuk mendapatkan dukungan.
Tentu saja kondisi head to head Pilkada Tana Toraja akan terjadi persaingan ketat cenderung fifti-fifti dan masih punya kesempatan saling mengalahkan satu dengan lainnya tergantung bagaimana memaksimalkan nilai lebih dan keunghulan mereka dan tim kerja menunjukkan image sebagai calon yang terbaik diantara mereka.
Prof Sukri tidak menampik di pilkada head to head pertarungan antar tim sukses semakin tajam. Bahkan perang media dan opini saling menjatuhkan, melempar isu negatif cenderung ke arah black Campaign.
Pilkada dua paslon hampir pasti cost politik besar sebab hanya dua pasang bertarung. Jika satu pasangan lemah finansialnya maka kelompok masyarakat cenderung ke pihak finansial yang cukup.
Hal itu terjadi karena sebagian masyarakat masih pragmatis mendapatkan keuntungan sesaat. Sedikit sekali masyarakat memiliki jiwa fanatisme terhadap tokoh atau pasangan tertentu, pungkas Sukri (agus).