Sosialisasi MediaMIND 2024, Ajak Jurnalis dan Mahasiswa Menulis tentang Tambang untuk Masa Depan

  • Bagikan


"PT Vale ini bergabung dengan MIND ID terakhir, pada Bulan Maret 2024 lalu. Perusahaan-perusahaan MIND ID mengelola sumber daya mineral Indonesia hingga berdaya nilai tinggi, baik itu aluminium, bauksit, batu bara, tembaga, feronikel, emas, bijih nikel, hingga logam timah dan tin solder. Holding Industri tambang ini yang membuat kita bisa memberi manfaat besar bagi Indonesia. Kita bisa memberi nilai tambah pada setiap produk tambang, untuk masa depan yang lebih baik," jelas Pratiwa Dyatmika.Dia mencontohkan, nikel pig iron, misalnya, ketika diolah menjadi stainless steel, nilainya bisa naik 19 kali lipat.

Sementara feronickel ketika diolah menjadi baterai electric vehicle EV, nilainya bisa naik 45 kali lipat. "Karena itu, MIND ID bersama PLN dan Pertamina saat ini sedang membangun Industri Baterai Indonesia atau IBC, sebagai pionir produsen baterai di Indonesia," jelas dia lagi.Isu terkait dirty nickel atau pertambangan nikel yang kotor dari Indonesia dan gugatan Uni Eropa yang dimenangkan oleh WTO (World Trade Organization) terkait larangan ekspor bijih nikel Indonesia menjadi poin yang ikut dibahas dalam sosialisasi tersebut.Untuk diketahui, upaya Indonesia terkait kebijakan ekspor nikel itu sangat penting untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri hingga berkali lipat.

Apalagi, Indonesia menyuplai hingga dua per tiga nikel dunia.Head of Corporate Communication PT Vale Indonesia Tbk, Vanda Kusumaningrum menyampaikan, praktik-praktik pertambangan yang baik dari Indonesia, sudah dilakukan banyak industri tambang.

Seperti PT Vale yang 100 persen industri smelternya menggunakan energi dari PLTA, menjalankan prinsip prinsip ESG dan sudah melakukan hilirisasi sejak lima dekade yang lalu."Kita perlu tulisan-tulisan, narasi untuk membantah tudingan-tudingan dari luar.

Sejak awal berdiri, PT Vale tidak pernah menjual ore (nikel mentah), kita hilirisasi langsung. Kita menjalankan ESG, bisa dilihat sungai dan danau di sekitar area tambang tetap jernih," ungkap dia.Vanda juga mengungkapkan beberapa hal terkait PT Vale Indonesia.

Perusahaan yang beroperasi di Sulawesi ini memiliki hingga sekitar 3.000 karyawan, dan 99,8 persen adalah warga Indonesia. Sekitar 80 persen adalah asli Sulawesi, dan 44 persen adalah Luwu Timur.

Bahkan, dua pimpinan PT Vale adalah asli Sulsel.Vanda juga mengungkapkan, perseroan memegang konsesi 118 ribu hektare di Sulawesi dan 80 persen di antaranya adalah hutan, dan sekitar 47 persen adalah area pertambangan. Menariknya, menurut dia, Vale melakukan reklamasi progresif, dengan melakukan rehabilitasi lahan dan penghijauan yang luasnya sekitar 2,5 kali lipat dari total lahan yang telah dibuka."Selain melakukan rehabilitasi di area operasi, kita juga aktif melakukan aksi penghijauan di luar area konsesi. Saat ini, total lebih dari 13,5 juta pohon yang telah kita tanam, dan lebih dari 2,7 juta adalah pohon lokal endemik Sulawesi," paparnya.

Terakhir, Vanda menjelaskan, bahwa bagaimanapun juga, pertambangan sangat terkait dengan masa depan. Tidak ada masa depan tanpa pertambangan. Di sisi lain, pertambangan juga tidak ada jika kita tidak peduli dengan masa depan. Yakni dengan melakukan pertambangan yang baik, yang sesuai dengan prinsip-prinsip berkelanjutan.

Salah satu peserta, Ayu Pratika Putri, dari Fakultas MIPA angkatan 2021 mengaku mendapat banyak insight dari PT Vale terkait pertambangan."Saya tidak expect kalau ternyata pertambangan di PT Vale sangat memperhatikan aspek sustainability dengan baik, dan memberi impact yang besar untuk sosial," ucapnya.(yus)

  • Bagikan