SINJAI, BKM.FAJAR.CO.ID -- Angka stunting di Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) mengalami kenaikan berdasarkan dua sumber data, yakni Survei Kesehatan Indonesia (SKI) dan elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM).
Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Indonesia (SKI) Kementerian Kesehatan RI tahun 2023, prevalensi stunting di Kabupaten Sinjai menyentuh posisi 33,5 persen. Angka ini mengalami kenaikan sekitar 4,1 persen dari tahun 2022 yang berada di posisi 29,4 persen.
Sementara data e-PPGBM berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan oleh petugas kesehatan puskesmas, angka stunting diperoleh menyentuh angka 6,4 persen pada pengukuran bulan Februari 2024. Kemudian dilakukan pengukuran kembali pada bulan Juni, meningkat menjadi 6,8 persen.
Meski ada dua sumber data yang berbeda, Kepala Dinas Kesehatan Sinjai, Emmy Kartahara Malik, yang ditemui di ruangannya, Rabu (7/8), tidak menampik adanya kenaikan angka stunting di Sinjai.
"Ada dua sumber data prevalensi stunting, makanya waktu pertemuan dengan Kementerian Kesehatan RI, mereka pusing mau pakai data yang mana untuk melakukan intervensi," katanya.
Kendati, Dinas Kesehatan Sinjai, telah dikucur anggaran Rp1,7 miliar untuk membiayai program penanganan stunting, faktanya hasil yang dicapai justru mengalami peningkatan.
Ia pun membeberkan jika Rp1,7 miliar anggaran yang diterima melalui Dana Insentif Fiskal (DIF), pihaknya hanya mampu merealiasasikan sekitar Rp1,6 miliar. Alasan keterbatasan waktu penggunaan anggaran menjadi kendala.