Silsilah Lontara Bugis Kakek Amran Terbit Sejak 1941 dalam Bahasa Bugis.Raja Gowa Andi Kumala Idjo: Andi Sudirman Keluarga Saya

  • Bagikan


Dari perkawinannya itu lahirlah empat anak, yaitu We Yanebana I Dapattola La Pareppa To Sappewali, La Padassajati To Appaware dan La Panaongi To Pawawoi. Diriwayatkan bahwa selain kedua permaisuri La Patau di atas, tercatat 18 (delapan belas) orang istri lainnya dalam Lontaraq antara lain adalah Sitti Maemuna (Dala Maru’), I Akiya (Datu Baringeng), We Rakiya (Dala Bantaeng), We Biba To Unynyi’, We Maisa To Lemo Ape’, We Leta To BaloE, We Sangi To BikuE, We SIa, We Sitti To Palakka, We Najang To Soga, We Caiya To BaloE, We Cimpau To UciE, We Baya To Bukaka, We Sitti, We Saira Karobang, We Sanra To Soppeng, We Ati, dan We Rupi.


La Patau dikenal sebagai raja yang sangat menghargai hukum adat istiadat. Ia sangat konservatif dan juga sangat tegas kepada para pemadat atau pecandu dan perbuatan-perbuatan yang mengganggu keamanan masyarakat sehingga dalam masa pemerintahannya semua adat istiadat berjalan dengan baik. Baginda tidak memandang bulu, siapa saja yang melanggar pasti dihukum termasuk keluarganya sendiri.


Pada masa kekuasaannya, tercatat dua kali nyaris terjadi peperangan antara Bone dengan Gowa termasuk perang melawan mertuanya sendiri, yaitu KaraengE ri Gowa yang bernama I Mappadulung Daeng Mattimung Sultan Abdul Jalil, ayah dari isterinya yang bernama We Mariama Karaeng Patukangang.


Pertama, yaitu pada tahun 1700 Masehi ketika Sulle DatuE ri Soppeng yang bernama Daeng Mabbani dibunuh oleh La Pasompereng Arung Teko. KaraengE ri Gowa menyangka kalau La Pasompereng didukung oleh Arumpone La Patau untuk membunuh Daeng Mabbani yang kejadiannya di SalassaE ri Gowa. Namun, Belanda segera turu tangan untuk menengahi kedua pihak sehingga peperangan tidak berlanjut.
Perang kedua, yaitu pada tahun 1709 Masehi ketika La Padassajati melakukan kesalahan besar di Bone. Karena takut dihukum oleh ayahandanya sendiri maka melarikan diri ke Gowa untuk minta perlindungan kepada kakeknya.


Oleh karena permintaan Arumpone bersama Adat Tujuh Bone agar La Padassajati dikembalikan ke Bone untuk dihukum tidak dipenuhi oleh KaraengE ri Gowa, maka Bone menyatakan perang dengan Gowa. Sementara KaraengE ri Gowa juga menyatakan dengan tegas bahwa lebih baik berperang dari pada menyerahkan cucunya kepada Bone untuk dihukum.


Sebelum perang dimulai, Raja Gowa meninggal dunia. Maka La Pareppai To Sappewali saudara La Padassajati sendiri yang tidak lain adalah juga anak dari La Patau menggantikan kakeknya sebagai Somba ri Gowa. La Pareppai To Sappewali juga bersikap sama dengan tetap menolak untuk menyerahkan saudaranya ke Bone. Konflik ini juga ditengahi oleh Belanda, sehingga perang perang antara anak dengan ayah menjadi terhindarkan.


La Patau adalah raja yang pertama mengangkat Matowa sebagai pemimpin orang-orang Wajo yang tinggal di Makassar dengan tujuan agar orang-orang Wajo yang tinggal di Makassar dapat diawasi keadaan sehari-harinya karena mengingat pada waktu itu La Patau mempunyai tugas sebagai Raja Bone, dan sekaligus juga sebagai Ranreng Tuwa di Wajo. La Patelleng Amanna Gappa adalah orang yang pertama diangkat sebagai Matowa Wajo.


Seperti tertera di silsilah keturunan Andi Amran dalam Lontara Bugis, yang terbit 1941 berBahasa Bugis, tertulis Andi Amran Sulaiman keturunan dari La Pawawoi Arung Sumaling, anak keempat La Tenri Tappu, Raja Bone ke-23. La Pawawoi Arung Sumaling mempunyai keturunan bernama Andi Baco Gangka Petta Teru, yang istrinya Karaeng Beja. Anak Karaeng Bantaeng/Karaeng Bore berdomisili di Bantaeng.


Andi Amran Sulaiman lahir dari ayah Andi Sulaiman Petta Linta dan ibu Andi Nurhadi Petta Bau.
Bila ditarik ke atas, ayahnya adalah keturunan La Patau, dan ibunya keturunan dari I Mariama Karaeng Padukangang Anak I Mappadulung Raja Gowa. Hal ini dapat dilihat dalam silsilah: La Patau Matanna Tikka Raja Bone XIV dengan istri I Mariama Karaeng Pattukangang.


Hal ini juga ditulis dalam buku Silsilah Kekerabatan Raja Raja di Sulawesi Selatan Barat yang diterbitkan Gramedia dengan penyusun Prof Dr Andi Rasyid MA, dkk. Andi Amran Sulaiman masuk salah satu keturunan raja sebagai penerus.


Menurut Raja Gowa ke-38 Andi Kumala Idjo, Andi Amran Sulaiman dan Andi Sudirman adalah murni berdarah raja-raja di Sulsel. Garis keturunannya jelas dalam silsilah dan itu tak diragukan lagi. Pada tahun 2018, Andi Kumala Idjo pernah melakukan penelusuran tentang gelar Andi yang dipakai Andi Sudirman. Tapi hasil, ternyata malah masih keluarganya.


"Andi Amran dan Andi Sudirman itu keluarga saya. Jadi silsilahnya jelas dan dokumentasinya ada di lontara dan juga sudah diterbitkan Gramedia melalui kajian ilmiah,” katanya.
Andi Kumala Idjo melanjutkan, dalam silsilah keturunan raja, garis bapak Andi Amran sudah tegas tersurat bukan opini.


Hal senada disampaikan Andi Ansyari Mangkona. Dia menegaskan Andi Amran dan Andi Sudirman adalah keturunan bangsawan langsung.
"Silsilahnya ada pada saya. Jadi dahulu itu sewaktu Arupalakka berkuasa, dia tak mempunyai keturunan langsung. Maka dia menunjuk ponakannya untuk mempersatukan seluruh kerajaan di Sulsel. Nah. Keluarga Raja Bone inilah yang kemudian kawin mawin dengan berbagai raja di Sulsel, hingga ke Bantaeng," lanjutnya.


Dengan begitu, garis keturunan raja dan bangsawan ini terus terjaga di Sulsel. Dan salah satu keturunan langsungnya adalah bapak Andi Amran Sulaiman dan Andi Sudirman Sulaiman. (*)

  • Bagikan