Di tempat yang sama, Ketua Dewan Pembina API Pdt Dr Tjahjadi Nugroho menuturkan, API ini berdiri pada waktu Indonesia sedang terbelah di tengah konflik antar agama tahun 1998 hingga 2002.
"API ini berdiri ketika konflik agama di Ambon, Poso, Jakarta, dan lainnya. Nah API ini didirikan dengan misi membawa terang dan damai," katanya.
Ketika ditanya peran API pada Pemilu 2024 mendatang, Pendeta Tjahjadi berucap pada Pemilu 2024 nanti berpotensi terjadi perpecahan.
"Nah, pada Pemilu nanti, sesuai misi dari API itu sendiri yaitu membawa damai, jangan mengkompor-kompori akhirnya jadi memanas," paparnya.
Urai Pendeta senior itu lagi, kepentingan bangsa dan umat yang harus didahulukan. API juga tidak menjadi bagian dari politik.
"Kalau API menjadi bagian dari politik, artinya bukan pendamai lagi. Ini yang harus kita jaga, kebetulan saya sebagai pendiri API, yah saya hadir untuk memberikan pengalaman-pengalaman atau pencerahan," sahutnya.
Dalam menjaga kerukunan agama, API ini telah berbuat yang terbaik, baik itu di Ambon, Poso, Jakarta, dan lainnya.
"Saya dulu itu sebagai juru damai presiden Gus Dur, ketika ada kerusuhan, saya ditunjuk sebagai narasumber untuk perdamaian antar umat. Jadi ini tidak boleh ditinggalkan, jangan sampai hanya kepentingan sesaat, kita jadi kehilangan arah," pungkas Ketua Dewan Pembina sekaligus pendiri API, Pdt Dr Tjahjadi Nugroho. (*)