Lutfi mengatakan di Balai Karantina Pertanian, ada program yang dinamakan Gerakan Tiga Kali Ekspor dimana pihaknya melakukan pendampingan ke petani untuk meningkatkan produksi komoditinya.
Balai Karantina pun membuat kluster-kluster berdasarkan potensi komoditi ekspor masing-masing daerah.
"Seperti di Sinjai ada porang dan kopi, Gowa porang dengan cengkeh termasuk Sinjai, Bulukumba manggis, Soppeng juga kita kembangkan red kakao, itu juga diekspor," imbuhnya.
Untuk mendekatkan distribusi antara eksportir dengan petani, Balai Karantina
berusaha memperpendek tata kelolanya.
Terkait penanganan hewan ternak yang keluar masuk Sulsel, Balai Karantina Pertanian memperketat alur distribusinya.
Khusus untuk ternak yang masuk ke Sulsel, Balai Karantina hanya membuka satu pintu masuk di Kabupaten Jeneponto. Sementara untuk keluar, bisa melalui Sinjai dan Bone.
"Bone kita tutup, Bulukumba dan Sinjai, untuk pemasukan. Kalau pengeluaran masih bisa. Jadi pengawasan dimaksimalkan, harus bio security maksimum Penyemprotan disinfektan, termasuk hewan dan orang atau petugas. Itu untuk memastikan ketika dia turun di darat itu sudah steril," beber Lutfi.
Dia menekankan untuk pengawasan alur lalu lintas hewan ternak ini, perlu sinergitas dengan pemangku kepentingan lainnya, khususnya dari OPD terkait di kabupaten/kota dan provinsi.
"Untuk pengawasan lalu lintas hewan memalui darat, kami harapkan pemerintah mengaktifkan cek poin antar daerah, kami lihat sejauh ini belum ada cek poin antar daerah," ungkap Lutfi. (rhm)