Kunjungi Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta, Bupati Wajo Instruksikan OPD Segera Susun Konsep Kerja Sama

  • Bagikan

Amran Mahmud mencontohkan pengembangan SDM dan pembinaan kepada pelaku IKM persuteraan yang dibutuhkan misalnya bagaimana memaksimalkan penggunaan alat tenun bukan mesin (ATBM). Selain itu, metode pewarnaan agar warna tidak luntur.

"Kunjungan ini juga sekaligus masih lrangkaian upaya kami untuk mendapatkan bagaimana memenuhi permintaan Pengurus Pusat (PP) Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) bagaimana Kabupaten Wajo bisa membuat bendera merah putih (duplikat bendera pusaka) dari sutera, yang syaratnya harus warna alam dan tidak luntur, tidak boleh ada jahitan serta suteranya asli 100 persen," ucap Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wajo ini.

Amran Mahmud pun menyampaikan terima kasih atas penerimaan dan sambutan luar biasa dari Kepala BBSPJIKB. Terlebih, rombongan diperkenankan melihat berbagai koleksi batik dan kerajinan, termasuk proses pembuatannya. "Kami minta kepada OPD (organisasi perangkat daerah) terkait agar segera menyusun konsep mengenai hal-hal yang bisa dikerjasamakan dalam hal pengembangan SDM IKM persuteraan di Kabupaten Wajo," tutur Amran Mahmud.

Sebagai informasi, BBSPJIKB di Yogyakarta dan BBSSPJIT di Bandung dahulu adalah satu lembaga. Lembaga ini dibentuk pemerintah Hindia Belanda pada 1922 dengan nama Balai Percobaan Pertenunan dan Batik (Textile Inrichting en Batik Proefstation) di Bandung dengan tujuan memberikan penyuluhan kepada perajin tekstil dan batik.

Kemudian, pada 1929 secara khusus didirikan Stasiun Pengujian Batik di Yogyakarta dan pada 1952 lembaga ini dipisah menjadi Balai Tekstil di Bandung dan Balai Batik di Yogyakarta. Seiring berjalannya waktu, lembaga ini beberapa kali mengalami perubahan nama, termasuk menjadi nama yang lebih dikenal, yaitu Balai Besar Kerajinan dan Batik. Terakhir, pada 2022 menjadi BBSPJIKB.(Sar)

  • Bagikan