Balitbangda turut melibatkan tim peneliti dari Universitas Hasanuddin yang diketuai Ir Andriyani.
Kepala Balitbangda, Andi Bukti Djufrie, menerangkan, ada empat parameter yang digunakan tim peneliti untuk mengidentifikasi banjir di Kota Makassar. Seperti, kondisi drainase, rencana tata ruang dan wilayah (RTRW), kondisi tanah, dan topografi daerah.
Parameter tersebut dilokuskan di empat kecamatan rawan banjir yakni Kecamatan Biringkanaya, Manggala, Tamalanrea, dan Panakkukang.
"Parameter ini lokuskan di empat kecamatan rawan banjir," tutur Bukti, Rabu (29/6).
Bukti berharap melalui penelitian ini bisa memberikan solusi kepada pemerintah kota terkait dengan penanganan banjir. Khususnya di daerah yang tiap tahun terendam banjir.
"Insyaallah, data base ini menjadi acuan dalam penanganan banjir. Harapannya, persoalan banjir bisa diminimalisir kedepannya," katanya
Pembenahan total sistem penanganan banjir merupakan satu dari 24 program strategis yang harus dilaksanakan di era Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto dan Wakil Wali Kota Fatmawati Rusdi.
Hampir setiap tahun, di musim hujan, atau ketika curah hujan cukup tinggi intensitasnya, empat kecamatan yang terdeteksi selalu menjadi langganan banjir.
Ada tujuh titik rawan di Manggala, yakni Bukit Batu dan sekitarnya , Blok X dan VIII Perumnas Antang, Kampung Nipa-nipa, Kajenjeng lama, Kampung Kajang, Romang Tangngaya dan Bontoa.
Selanjutnya di Tamalanrea ada tiga titik berbahaya, yakni di Bung Permai dan sekitarnya, Blok A8 BTP, dan belakang perumahan Hamzy Antara.
Kemudian di Biringkanaya di BTP Blok AF, AE, NHP Katimbang, Kodam III, Buka Mata dan sekitarnya, Masjid Muhajirin Daya dan sekitarnya, Kampung Sawah, Kampung Cedde, BTN Mangga Tiga.
Lalu di Panakkukang, yakni di Panaikang sisi Sungai Tallo dan Perumahan Citra Tallo.(jun-rhm)