MAKALE, BKM.COM–Bupati Tana Toraja, Theofilus Allorerung, Sabtu (14/5) lalu geram dengan kinerja tim Penanggulangan Stunting Kabupaten yang dibentuk tanggal 16 Maret 2022 lalu, belum menunjukkan kinerja sesuai harapan.
Pasalnya tahun 2022 angka stunting di Tana Toraja masih tinggi mencapai angka 28 persen. Dibanding tahun 2021 terdapat 2.916 kasus stunting.
Theo tegaskan, tim percepatan penurunan stunting Tana Toraja berkerja secara maksimal dan teliti. Bagi yang tidak mau bekerja keras dan peduli dengan stunting.
Apalagi tidak mau bekerjasama dengan saya, minggirko.
Di Dinas Kesehatan saja sebagai OPD tehnis banyak yang tidak peduli dengan stunting. Apalagi OPD lainnya.
Theo tidak menampik, stunting tidak hanya ditentukan tinggi badan, karena postur tubuh pendek belum tentu stunting tapi stunting sudah pasti pendek.
Untuk itu kepada tim percepatan penurunan stunting agar memahami 8 indikator juknis stunting sebelum terjun kelapangan.
Assessment dan cek kembali, jangan mengukur hanya pendek badan seseorang. Saya tidak mau tau lagi, yang namanya stunting, kabupaten sehat, pemanfaatan pekarangan kantor harus jadi. Wujudkan harapan tersebut semua OPD harus kerja maksimal, tegas Theo.
Sebelumnya Asisten Deputi Ketahanan Gizi dan Promosi Kesehatan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (KEMENKO PMK-RI), Jelsi Natalia Marampa jelaskan angka stunting
kabupaten Tana Toraja masih mencapai 28 persen sesuai data SSGI pada rapat koordinasi (Rakor) stunting diruang pola kantor Bupati Tana Toraja.
Rakor tersebut selain dihadiri Wakil bupati dr Zadrak Tombeg, juga Kepala Dinas Kesehatan dr Ria Minolta Tanggo, Tim Penanggulangan stunting, Kepala Bapedda, pimpinan OPD, dan Camat, serta Kepala Puskesmas (agus).