BUAT apa bersedekah? Pertanyaan seperti ini sering kita dengarkan di kalangan sesama muslim. Jawabannya akan diperoleh dari pertanyaan lain; apa yang kita rasakan setelah bersedekah?
”Semua orang yang bersedekah tidak pernah merasa menyesal atau sedih telah melakukannya. Yang ada adalah bahagia dan rasa tenang dalam dirinya,” ujar Ustaz Muh Riswan Khair ketika menjadi narasumber dalam siniar (podcast) untuk kanal Youtube Berita Kota Makassar.
Untuk manfaat sedekah yang bisa membuat hati tenang, ada banyak contoh di sekitar kita. Tidak sedikit orang kaya, punya harta berlimpah tapi merasa hidupnya tidak tenang. Dengan senantiasa bersedekah, berbagi kepada sesama, hidup akan lebih tenang dan tenteram.
”Kedua, sedekah adalah wujud kepedulian kepada saudara di sekitar kita. Karena sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara. Jadi apapun yang dirasakan oleh saudara kita, kita juga merasakannya. Sedekah ini tidak membuat orang jatuh miskin. Malah bertambah dan bertambah, serta mendapat keberkahan dari Allah Swt. Sehingga tidak ada keraguan di dalamnya untuk menunaikan sedekah,” jelasnya.
Disebutkan oleh Ustaz Riswan, sedekah ada tiga jenis. Pertama sedekah materi, kedua non materi, dan ketiga non jariah. Lalu apa bedanya sedekah dengan zakat. Sebab banyak orang menyamakan antara sedekah adalah zakat.
”Kalau sedekah itu semua orang bisa melakukannya, baik orang miskin maupun kaya. Sementara zakat, kecuali zakat fitrah yang berlaku untuk semua, zakat maal bukan untuk semua,” ujar dai yang juga berkecimpung di lembaga zakat ini.
Selain itu, lanjutnya, zakat jelas jumlahnya, jelas waktunya, dan jelas penerimanya. Sedangkan sedekah sedekah tidak terbatas, sehingga semua orang bisa memberikan sedekah terbaiknya. Apalagi di bulan Ramadan ini semua orang berlomba-lomba untuk bersedekah, karena mampu memberi efek sosial yang sangat tinggi.
”Ketika sedekah kita maksimalkan akan menjadi power, kekuatan yang sangat luar biasa. Coba dibayangkan uang Rp5.000 yang kita keluarkan untuk bersedekah mungkin tidak terlalu dirasakan. Tapi dalam satu kompleks kita rutin setiap subuh Rp5.000. Kalau ada 100 KK (kepala keluarga) dalam satu kompleks, bisa didapat Rp5 juta setiap subuh. 10 hari bisa Rp50 juta,” urainya.
Sedekah bisa dilakukan oleh orang kalangan bawah dan atas. Untuk materi bisa berupa uang, barang, makanan, dan lainnya. Sementara non materi dengan ilmu, senyum, atau meringankan beban penderitaan sesama. Sedangkan sedekah jariah, amalan yang tidak pernah terputus. Pahalanya mengalir seperti air sungai yang tiada henti-hentinya.
”Jadi sangat luar biasa ketika menggerakkan sedekah. Harapannya sedekah ini bisa maksimal dalam diri kita masing-masing. Tidak bisa diukur berapa banyak jumlahnya. Murni dari keikhlasan kita masing-masing,” tuturnya.
Ia kemudian mengutip kisah heroik seorang tukang bubur yang naik haji karena sedekahnya. Dari kisah nyata ini, sang penjual bubur setiap malam mendengar ibunya membaca bacaan kala berhaji. Dia pun tergerak hatinya untuk mengumpulkan uang agar ibunya bisa berhaji.
Selama 10 tahun ia melakukannya. Selain menabung, tukang bubur bernama Sulham itu juga rutin bersedekah subuh.
Setelah uangnya terkumpul, seorang rekannya sesama penjual bubur mendapat cobaan sehingga masuk rumah sakit. Ia butuh dioperasi dengan biaya besar.
Sulham pulang ke rumahnya dan bertanya ke ibunya. ”Ikhlaskah ibu memberikan uang haji disedekahkan kepada saudara kita yang masuk rumah sakit? Ibunya bilang, 10 tahun simpan uang lalu dipakai untuk orang lain. Sulhan menyakinkan ibunya, boleh jadi tahun ini tidak berangkat haji tapi Allah menginjakkan kaki kita di Baitullah satu atau dua tahun ke depan. Akhirnya luluh hati ibunya dan diserahkanlah uang itu dengan iklhas,” ungkap Ustaz Riswan.
Seorang dokter yang menangani si pasien rekan Sulham sempat kaget dari mana mendapat uang untuk biaya operasi. Mengetahui cerita tentang Sulham, sang dokter lalu mencari rumahnya dan mendatanginya. Begitu bertemu, ia menyampaikan keinginannya.
”Luar biasa sedekah yang bapak berikan. Izinkan saya membalas sedekah itu. Saya ingin memberangkatkan haji ibu anda, istri anda, dan anda sendiri. Luar biasa, Allah membalasnya dengan tiga orang berangkat haji,” jelasnya.
Belum lagi di Jawa Timur, seorang tukah becak bersedekah dengan caranya sendiri. Setiap hari umat dia menggratiskan penumpang yang menggunakan jasanya.
Belum lagi kisah nenek-nenek yang berjualan kue meneteskan air gula ke tanah. Banyak orang yang menyebutnya sebagi penglaris, dan sang nenek tidak menampiknya. ”Betul itu adalah penglaris, karena setiap kali meneteskan gula merah itu ke tanah ada semut yang berkerumun,” terangnya.
Dampak dari sedekah boleh jadi tidak hanya didapatkan di dunia, tapi juga di akhirat kelak. Boleh jadi di waktu kita terlelap dalam tidur, ada puluhan doa yang mengetuk pintu langit untuk memohon kebaikan untuk kita. Boleh jadi mereka adalah orang fakir yang kita tolong, orang lapar yang kita kasih makan, orang sedih kita bahagiakan, orang berpapasan kita beri senyuman.
Karena itu sedekah harus jadi amalan terbaik dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain salat tahajjud yang rutin, dhuha, sedekah kita rutinkan. Bersedekahlah sesuai dengan kondisinya. (*/rus)