MAROS, BKM.FAJAR.CO.ID - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno mendukung rencana pengembangan wisata halal di Kabupaten Maros. Menurut Sandiaga, wisata halal adalah upaya untuk memberikan pelayanan tambahan ramah Muslim di destinasi wisata.
”Bukan memberikan zonasi, bukan juga mensyariatkan. Namun merujuk pada layanan tambahan pada daya tarik wisata,” ungkap Menparekraf pada Bimtek pengembangan pencanangan wisata halal Maros melalui Zoom Meeting, Senin (25/4).
Menurutnya, wisatawan muslim yang bepergian ke suatu destinasi wisata juga membutuhkan pelayanan ekstra terutama yang berkaitan dengan makanan dan tempat untuk beribadah.
”Harus ada restoran halal, tempat ibadah, toilet yang ramah bagi muslimah,” ucapnya.
Dengan adanya perencanaan wisata halal di Maros, Sandiaga menyarankan untuk membuat kegiatan wisata religi.
”Misalnya, di Maros membuat kegiatan pariwisata sebelum atau setelah kembali dari Umrah, seperti melakukan ziarah ke makam tokoh agama di Maros, atau menikmati keindahan Karst Rammang – Rammang,” jelasnya.
Sementara itu, Bupati Maros, Chaidir Syam, menyambut baik rencana pengembangan wisata halal di Maros. ”Dengan wisata halal hingga jajanan yang halal, itu juga akan menunjukkan tingkat religius yang baik di Maros,” ungkapnya.
Alumni Ilmu Pemerintahan Unhas itu mengatakan, akan membuat kawasan Pattene sebagai wisata halal. ”Bisa jadi kunjungan masyarakat, jika wisata halal dilahirkan di Maros, maka akan menjadi gerbang wisata halal Indonesia Timur,” bebernya.
Beberapa waktu lalu, mantan ketua DPRD Kabupaten Maros itu memang berjanji akan membuat gerbang khusus di Pattene. Dikatakan, Pattene harus menonjol sebagai pusat berkumpulnya jemaah tarekat Khalwatiyah Samman. Makanya butuh penanda tersendiri.
Direktur Global Halal Management, Safril Haliding, mengatakan jika wisata halal dihadirkan di Maros maka akan memberikan kenyamanan tersendiri bagi wisatawan.
”Sambil melakukan Travelling, kebutuhan ibadah kita juga harus terpenuhi, mulai dari makanan halal hingga tempat ibadah harus memiliki kenyamanan,” katanya.
Dia mengatakan dengan dihadirkannya wisata halal maka alan menghadirkan banyak manfaat mulai dari pelayanan kesehatan hingga kebersihan. ”Menurut saya, makanan halal adalah makanan yang paripurna, jika diliat secara produk dan jika kita laksanan tidak bertentangan dengan kesehatan dan nilai agama,” jelasnya.
Dia menjelaskan, dalam wisata halal bukan berarti minuman yang beralkohol tidak ada di tempat tersebut. ”Namun ditandai dengan sertifikasi halal, dan sepanjang ada akses pemisahan, dan dapurnya juga dipisahkan antara produk yang halal dan yang tidak,” ungkapnya.
Dalam menciptkan wisata halal yang harus diperhatikan juga adalah identitas, seperti Maros pemasarannya harus diperkuat sebagai ‘Pintu Gerbang Wisata Halal Indonesia Timur’.
”Identitas yang perlu diperkuat juga termasuk, kelezatan kuliner, sejarah panjang dari zaman kerajaan islam, budaya lokal, bahasa daerah, rimah adat, tarian, hingga masyarakat yang ramah dan juga bersahabat,” ucapnya. (ari/c)