MAROS, BKM.FAJAR.CO.ID - Muhammad Ikhwan atau lebih dikenal dengan nama Iwan Dento, telah beberapa kali menerima penghargaan dari pemerintah pusat maupun dari lembaga lainnya.
Sebelumnya, aktivis lingkungan warga Desa Salenrang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan itu dianugerahi Kick Andy Heroes 2022 sebagai penjaga alam Karst Rammang-rammang.
Kali ini, dia masuk sebagai salah satu nominasi penerima penghargaan Kalpataru 2022 kategori Perintis. Masuknya dia sebagai salah satu nominasi penerima penghargaan Kalpataru merupakan satu bukti keseriusan Iwan Dento dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan alam di Kawasan wisata Rammang-rammang.
Masuknya Iwan Dento sebagai salah satu nominator peraih penghargaan Kalpataru 2022, pemerintah daerah mendukung penuh langkah Iwan Dento untuk meraih penghargaan Kalpataru 2022. Bahkan bupati dan wakil bupati Maros mengajak elemen masyarakat untuk mendukung dan memberikan voting dukungan.
Bupati Maros, AS Chaidir Syam sendiri secara khusus mengunggah dalam story WA ajakan dan dukungan kepada Iwan Dento. Bahkan dia sendiri telah mengirim respon dukungan ke email resmi [email protected]. Demikian halnya dengan Wakil Bupati Maros, Suhartina Bohari. Keduanya kompak mengunggah di Story WA dukungan untuk Iwan Dento.
“Secara pribadi saya sudah mengirim email untuk mendukung Iwan Dento. Saya berharap, seluruh warga Maros juga mengirim email dukungannya dengan mengetik mendukung Muhammad Ikhwan meraih Kalpataru 2022 dalam kategori perintis lingkungan. Ini merupakan bentuk support kami untuk Iwan Dento,” jelasnya.
Chaidir melanjutkan, pemerintah kabupaten Maros sangat mengapresiasi positif perjuangan saudaraku iwan dento yang terus bergerak dari dahulu untuk menjaga kelestarian alam Kabupaten Maros. “Atas perjuangan tersebut kami menilai saudara Iwan Dento sangat layak mendapatkan penghargaan Kalpataru dari pemerintah atas jasa-jasanya dalam lingkungan hidup,” pungkasnya.
Hampir semua orang tahu peran Iwan Dento dalam mengadvokasi eksploitasi kars di Maros. Termasuk juga dia sebagai perintis wisata kars di Kabupaten yang akhirnya terkenal hingga ke manca negara.
“Kalau bicara Rammang-rammang, pertama kita bicara soal kehidupan dan kedua kita bicara soal identitas. Ada peninggalan leluhur kami yang berusia 42 ribu tahun lalu,” ujar Iwan beberapa waktu lalu.
Saat ini, Iwan bersama komunitas anak sungai, terus memperjuangkan Karst Rammang-rammang agar bisa masuk dalam golongan UNESCO Global Geopark, sebagai upaya perlindungan warisan masa depan.
Pria lulusan IAIN Alauddin Makassar ini telah menghabiskan waktunya selama 12 tahun sebagai pemerhati lingkungan yang menolak tambang karst di Desa Salenrang. Dia mengaku, apa yang dilakukannya itu, semata-mata sebagai tanggung jawab kepada anaknya.
”Saya mulai berlawan saat anak pertama saya lahir, sekitar tahun 2008. Ini saya lakukan bukan untuk menang, tapi untuk mempersiapkan jawaban ke anak-anak saya nanti, apabila perusahaan berhasil mengeruk habis karst di sini,” lanjutnya sambil menunjuk gunung yang dipenuhi karst di samping rumahnya.
Bukan tanpa hasil, pria dengan empat anak ini sudah berhasil mencabut 12 izin pertambangan di Desa Salenrang. ”Saya selalu percaya, apa yang saat ini kita lakukan pasti ada campur tangan Tuhan. Dan saat ini Tuhan ingin saya tetap berlawan,” katanya sambil tertawa. (ari/c)