PRODUKSI susu di Sulawesi menempati urutan ketiga secara nasional. Hanya saja potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Angka konsumsi di wilayah ini masih tergolong sangat kurang jika dibandingkan dengan Jawa, Sumatra, serta Kalimantan.
Peluang itu kemudian ditangkap oleh Alfan Sori. Sejak tahun 2018 ia menghadirkan olahan susu murni yang diberi nama Indo’ta. Pria kelahiran Mamuju, Sulawesi Barat ini mengawalinya dengan menggunakan gerobak untuk berjualan susu Indo’ta.
Hadir dalam siniar (podcast) untuk kanal Youtube Berita Kota Makassar, alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) ini mengaku terinspirasi membuka usaha ketika masih kuliah. Di sekitaran kampus ada jajanan susu bernama Mbo Darmi, yang sudah besar se-Jabodetabek.
”Waktu kuliah dulu setiap ada waktu kosong di sela kuliah selalu jajan minum susu. Setelah selesai kuliah saya kembali dan mulai membuka usaha berjualan olahan susu murni. Karena belum ada jajanan seperti itu. Ada peluang yang cukup besar dan kompetitor belum ada,” terang Alfan Sori.
Diakui bahwa penjual olahan susu murni di Jawa cukup banyak. Mbo Darmi salah satunya. Bahkan di Bandung yang terkenan dengan susu Lembang, sudah bekerja sama dengan ojek daring untuk pemesanannya. Sementara di Sulawesi tidak ada sama sekali. Susu Indo’ta bisa menjadi pelopor dan pertama di daerah ini.
Dijelaskan Alfan, Jawa, Sumatra, dan Kalimantan tergolong minus produksi susunya, sementara konsumsinya cukup besar. Akhirnya mereka mengimpor dari luar. Sementara di Sulawesi kondisi sebaliknya yang terjadi. Akibatnya, peternakan susu menyusut dan berkurang dari tahun ke tahun. Di sinilah Susu Indo’ta hadir dengan tagline; Bersama Indo’ta Membangkitkan Kembali Peternak Susu Lokal Sulawesi.
Untuk produksinya, susu olahan murni Indo’ta menggunakan proses pemanasan (pasteurisasi) untuk menghilangkan bakteri jahat pada susu. Menurut Alfan, setiap jenis susu berbeda dalam proses pemanasanya.
”Kalau susu UHT 1.000 derajat dan berlangsung selama beberapa detik. Kalau susu murni dipanaskan di bawah 75 derajat selama 10-15 menit. UHT yang menggunakan suhu tinggi membuat banyak bakteri yang hilang. Termasuk bakteri baiknya. Sementara susu murni di suhu rendah tidak terlalu banyak bakteri yang hilang. Soal rasa tidak jauh beda,” ungkap Alfan.
Ia juga menyebut ada lima tingkatan jenis susu. Mulai dari SKM (susu kental manis), susu evavorasi, UHT, susu segar fresh milk, dan yang teratas susu murni. ”Makin ke bawah lama masa bertahannya. Kalau susu murni hanya bisa bertahan tiga hari jika disimpan dalam kulkas,” terang Alfan.
Untuk saat ini susu olahan murni Indo’ta tersedia dalam beberapa varian. Seperti original, vanila, pisang, oreo, milo, coklat kopi, serta jenis lainnya. Bahkan bisa dikombain varian rasanya.
Keinginan Alfan untuk membangkitkan kembali peternakan lokal melalui Indo’ta, perlahan telah memperlihatkan hasil. Angka konsumsi susu peternak lokal mengalami peningkatan. Hal ini menjadi bentuk nyata untuk membantu peternak susu yang ada di Sulawesi.
Alfan membuka layanan pemesanan pada pukul 10.00-22.00 Wita. Sementara di bulan Ramadan pada pukul 12.00-23.00 Wita.
Selain menjualnya dalam bentuk siap minum, susu Indo’ta juga dipasarkan per liter. Biasanya yang banyak memesan adalah kafe, karena mereka juga menjual susu segar. Alfan juga menyiapkan untuk distributor dan membantu pengiriman sampai luar kota.
Alfan memulai usaha di kampung halamannya Mamuju. Saat ini sudah ada empat outlet susu Indo’ta di daerah itu. Sejak empat bulan lalu ia melebarkan saya ke Makassar. Untuk harga per gelasnya, susu olahan murni Indo’ta dijual antara Rp12 ribu hingga Rp22 ribu. (*/rus)