JAKARTA, BKM.FAJAR.CO.ID - PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) berencana membagikan dividen tunai sebesar Rp1,02 triliun. Pembagian ini setelah mendapat restu dari para pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar pada Kamis (31/3).
Sekretaris Perusahaan, Vita Mahreyni, seperti dikutip dari salah satu media, mengumumkan bahwa berdasarkan hasil RUPST, para pemegang saham telah memutuskan sekitar 50,66 persen atau Rp1,02 triliun dari total laba bersih yang diperoleh perseroan pada tahun buku 2021 ditetapkan sebagai dividen tunai.
Sementara, 50,01 persen atau Rp522 miliar akan dijadikan sebagai dividen kepada negara. Lalu, sebesar 49,34 persen atau Rp997 miliar ditetapkan sebagai cadangan lainnya. Sesuai jadwal, perseroan bakal membayarkan dividen tunai kepada para pemegang saham pada 29 April mendatang.
Sedangkan akhir periode perdagangan saham dengan hak dividen di pasar reguler dan negosiasi dilaksanakan pada 8 April dan pasar tunai 12 April 2022. Adapun untuk awal periode perdagangan saham hak dividen di pasar reguler dan negosiasi dilangsungkan pada 11 April 2022 dan pasar tunai 13 April.
Vita mengingatkan, perseroan akan membayarkan dividen tahun buku 2021 tersebut kepada para pemegang saham yang namanya tercatat pada daftar pemegang saham (DPS) atau recording date pada 12 April 2022 atau para pemilik saham perseroan pada sub rekening efek di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada penutupan perdagangan 12 April 2022.
Seperti diketahui, emiten semen pelat merah tersebut sepanjang 2021 lalu berhasil membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp2,02 triliun, turun tipis dibandingkan laba bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp2,79 triliun.
Catatan tersebut juga tercermin dari total pendapatan perseroan yang merosot dari semula Rp35,17 triliun pada 2020 menjadi Rp34,95 triliun pada 2021. Kendati demikian, Vita menyebut bahwa perseroan berhasil menekan kenaikan beban pokok pendapatan sebesar 2,8 persen menjadi Rp24,01 triliun sepanjang 2021.
”Kenaikan beban pokok pendapatan dipicu atas peningkatan volume penjualan serta kenaikan biaya bahan bakar setelah terjadi lonjakan harga batubara sepanjang tahun lalu,” ungkap Vita. (int)